Cerita Gus Shobih: Sopir Kesayangan Kiai Maimoen Zubair yang Kini Maju di Pilkada

283

Pasuruan (WartaBromo.com) – Muhammad Shobih Asrori, yang akrab disapa Gus Shobih, tengah menjadi sorotan publik Pasuruan.
Dikenal sebagai salah satu bakal calon Wakil Bupati (Bacawabup) Pasuruan, perjalanan hidup GusShobih penuh liku dan inspirasi.

Usai mondok di Sidogiri, Gus Shobih menuntuk ilmu ke Pondok Pesantren Al-Anwar, Sarang, Rembang.
Disana, selain belajar, ia juga diminta sebagai sopir pribadi Kiai Haji Maimoen Zubair, sang pengasuh dan seorang ulama besar yang dihormati di Indonesia.

Dalam sebuah podcast bersama WartaBromo, Gus Shobih mengenang masa ketika dirinya menjadi bagian dari keluarga besar Pesantren Al-Anwar.

Ia menuturkan, awalnya mengabdikan diri di pondok selama setahun sebelum akhirnya dipanggil untuk menjadi sopir Kiai Maimoen. Saat itu, sopir pribadi Kiai Maimoen harus pulang, sehingga Kiai mencari pengganti yang bisa diandalkan.

“Di Ponpes Sarang 1 tahun baru saya dipanggil Kiai karena sopirnya Kiai saat itu pulang. Tidak ada sopir, (jadi) saya dipanggil,” ungkap Gus Shobih, mengenang awal mula perjalanan yang akan mengubah hidupnya.

Gus Shobih menceritakan bahwa saat pertama kali diminta menjadi sopir, Kiai Maimoen langsung bertanya apakah ia memiliki Surat Izin Mengemudi (SIM) dan bisa mengemudikan mobil dengan baik.

Dengan yakin ia menjawab bahwa sudah memiliki SIM A dan C, serta siap untuk mengantar sang Kiai, yang saat itu juga menjabat sebagai Anggota Majelis Permusyawaratan Rakyat (MPR) RI Utusan Daerah.

“Ya sudah antarkan saya ke Gempol,” ujar Kiai Maimoen kepada Gus Shobih. Perintah sederhana ini menjadi titik awal hubungan yang lebih dekat antara Gus Shobih dengan Kiai Maimoen.

Gus Shobih kemudian mengisahkan perjalanan pertamanya bersama Kiai Maimoen, perjalanan panjang pulang-pergi dari Sarang, Rembang, menuju Gempol, Pasuruan.

Alhasil, kepercayaan yang diberikan Kiai Maimoen tidak hanya membuat Gus Shobih semakin dekat dengan sang ulama, tetapi juga menjadi momentum pembelajaran berharga tentang kehidupan, keikhlasan, dan pengabdian.

“Saya jadi sopir Kiai Maimoen selama tiga sampai empat tahun. Setiap hari mengantar beliau, belajar banyak hal dari Kiai,” katanya.

Namun, kebersamaan ini harus terhenti ketika Gus Shobih menerima kabar bahwa orang tuanya sakit keras di Pasuruan. Dengan berat hati, ia harus meninggalkan tugasnya untuk merawat orang tua yang sedang sakit. Setelah 23 hari berjuang di samping sang ayah, Gus Shobih harus menerima kenyataan pahit bahwa ayahnya berpulang.

Pengalaman Gus Shobih sebagai sopir bukanlah sekadar cerita tentang mengemudi seorang tokoh besar, melainkan perjalanan batin yang mengasah jiwa kepemimpinannya. Nilai-nilai ketulusan, kesetiaan, dan pengabdian yang ia pelajari dari Kiai Maimoen menjadi bekal penting baginya dalam menapaki karier politik hingga akhirnya mencalonkan diri sebagai Wakil Bupati Pasuruan.

“Saya merasa sangat beruntung dan bersyukur bisa mengabdi kepada Kiai. Semua pelajaran itu saya jadikan modal untuk melangkah lebih jauh,” ujarnya. (ham/yog)

SIMAK VIDEONYA:

Website with WhatsApp Message
Follow Official WhatsApp Channel WARTABROMO untuk mendapatkan update terkini berita di sekitar anda. Klik disini.