Probolinggo (WartaBromo.com) – Ada 121 ton sampah yang dihasilkan oleh warga Kota Probolinggo. Dalam upayanya menuju Zero Waste Zero Emission, Kota Probolinggo terus berinovasi dengan pendekatan-pendekatan unik dan kreatif.
Lewat Forum Group Discussion (FGD) bersama Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK) RI yang digelar secara daring, Pemerintah Kota Probolinggo memaparkan strategi pengelolaan sampah dan tantangan ke depan.
Berlangsung di Command Center Kantor Wali Kota pada Senin (29/7/2024), kegiatan ini menghadirkan sejumlah pejabat daerah, termasuk Pj. Wali Kota Nurkholis, yang menyampaikan komitmennya terhadap pengelolaan sampah.
Kota Probolinggo, dengan populasi 243 ribu jiwa, menghasilkan timbulan sampah harian mencapai 121,5 ton. Jumlah ini menuntut penanganan serius melalui inovasi yang tepat sasaran.
“Inovasi seperti Gerakan SI EMAK NGEBOR untuk membuat biopori, hingga PROBALISTIK sebagai kampanye pembatasan plastik, menjadi solusi konkret kami,” ungkap Nurkholis.
Ia menambahkan, gerakan lain seperti JE’ PANAS JE’ PANIK yang memfasilitasi pengumpulan sampah organik, hingga pemanfaatan limbah tahu melalui program PELITA SI ABAH, telah memberikan dampak nyata dalam menekan volume sampah.
Dirjen KLHK Rossa Vivien Ratnawati memberikan apresiasi terhadap inisiatif yang dilakukan Pemkot Probolinggo. Ia menekankan pentingnya pengelolaan sampah dari hulu hingga hilir, dengan memastikan bahwa tempat pembuangan akhir (TPA) hanya digunakan untuk residu.
“Sosialisasi ini jangan berhenti sebagai wacana. Aksi nyata yang melibatkan semua pihak, dari pemerintah hingga masyarakat, adalah kunci utama,” tegas Rossa.
Selain itu, Andina Novita Ta’an, narasumber lainnya, menjelaskan tantangan yang dihadapi dalam mengelola lingkungan serta strategi untuk mencapai Zero Waste Zero Emission.
“Kerja sama lintas sektor harus terus diperkuat, termasuk peningkatan kesadaran masyarakat agar tidak menghasilkan sampah yang berlebihan,” ujarnya.
Dengan fokus pada mitigasi perubahan iklim, Kota Probolinggo juga meluncurkan program BAPAK SREGEP untuk menanam lebih banyak pohon dan menyerap emisi gas rumah kaca.
“Ini adalah bagian dari visi kami untuk menjadikan Probolinggo kota yang lebih hijau dan berkelanjutan,” tambah Nurkholis.
Diskusi yang melibatkan 60 peserta dari berbagai perangkat daerah ini diharapkan menjadi langkah awal untuk membangun sinergi lebih kuat dalam menghadapi tantangan lingkungan.
Dengan semangat kolaborasi, Kota Probolinggo optimistis mampu menjadi model kota ramah lingkungan di Indonesia. (lai/saw)