Probolinggo (WartaBromo.com) – Tradisi khas masyarakat Kota Probolinggo, Karapan Sapi Brujul, berhasil mencuri perhatian komunitas fotografer internasional Photography Society of America (PSA).
Acara yang digelar Pemkot Probolinggo pada Sabtu (27/7/2024) pagi di Lapangan Karapan Sapi Brujul, Jrebeng Kidul, Kecamatan Wonoasih, ini tak hanya memikat wisatawan lokal, tetapi juga fotografer dari mancanegara.
Karapan Sapi Brujul, yang telah ditetapkan sebagai Warisan Budaya Tak Benda oleh Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan RI sejak 2019, menjadi daya tarik utama bagi para pecinta fotografi. Para fotografer lokal pun turut ambil bagian dalam mendokumentasikan keunikan budaya agraris tersebut.
Sebagai pembuka, Pj. Wali Kota Probolinggo, Nurkholis, melepas 1.500 merpati sebagai tanda dimulainya rangkaian kegiatan. Didampingi Asisten Administrasi Pemerintahan Madihah dan Kepala Dispopar Rahmadeta Antariksa, ia secara simbolis melepas para peserta perlombaan.
Puluhan joki kemudian beradu cepat memacu sapi mereka di lintasan berlumpur sepanjang 200 meter. Aksi menegangkan ini menjadi magnet bagi wisatawan, terutama para fotografer yang sibuk mengabadikan momen-momen menakjubkan dari sudut pandang mereka.
Pj. Wali Kota Nurkholis menjelaskan bahwa Karapan Sapi Brujul tak hanya sekadar hiburan, tetapi juga bagian dari strategi promosi pariwisata. “Saat ini, ada sekitar 220 fotografer dari PSA, baik dari dalam maupun luar negeri, yang hadir di sini. Foto-foto yang mereka ambil akan menjadi media promosi Kota Probolinggo di tingkat dunia,” ujarnya.
Ia juga menambahkan bahwa event ini telah dimasukkan ke dalam kalender tahunan pariwisata Kota Probolinggo. “Kami berharap event seperti ini terus menjadi agenda tetap, sehingga wisatawan, baik lokal maupun internasional, dapat mengenal lebih jauh potensi wisata di kota ini,” imbuhnya.
Hendra, fotografer PSA asal Surabaya, mengungkapkan kekagumannya terhadap acara tersebut. “Ini sangat unik. Kota Probolinggo begitu ramah, cantik, dan sejuk. Saya melihat budaya agraris masyarakat di sini, yang memadukan tradisi bertani dengan karapan sapi. Setiap daerah punya keunikan sendiri, dan ini salah satunya,” katanya.
Dari segi ekonomi, Kepala Dispopar Rahmadeta menilai bahwa kehadiran komunitas fotografer internasional turut mendongkrak sektor-sektor pendukung, seperti perhotelan.
“Ada sekitar 220 fotografer dari 23 negara yang hadir. Dengan jumlah tamu sebanyak itu, okupansi hotel di Kota Probolinggo penuh. Ke depan, kita berharap semakin banyak wisatawan yang datang ke kota ini,” ungkapnya.
Tradisi Karapan Sapi Brujul tidak hanya menjadi simbol kekayaan budaya lokal, tetapi juga motor penggerak ekonomi dan promosi internasional bagi Kota Probolinggo. (lai/saw)