Purwosari (WartaBromo.com) – Minggu Pagi yang penuh kedamaian diisi oleh ribuan jamaah yang berduyun-duyun menghadiri kegiatan manaqib dan dzikrul ghofilin. Secara bergiliran, di berbagai tempat, mulai dari masjid hingga rumah warga, berkumpul dengan penuh semangat.
Kegiatan Manaqib dan Dzikrul Ghofilin yang dipimpin oleh KH. Sholeh Bahrudin Pengasuh Ponpes Ngalah Sengonagung telah memasuki putaran ke-532. Tentu, ini sebuah bukti istiqomah dan keberlangsungan yang luar biasa.
Setiap minggu pagi, pukul 06.00 WIB hingga 07.00 WIB, para jamaah dari berbagai kecamatan tanpa diundang datang dari berbagai kecamatan seperti Purwosari, Sukorejo, Purwodadi, Tutur, Pandaan, dan sekitarnya.
Dari berbagai lapisan masyarakat, mereka berkumpul untuk membaca manaqib,berdzikir dan bertawassul kepada para waliyullah.
Keunikan dari kegiatan ini terlihat dari tradisi tuan rumah yang menyajikan makanan kotakan, baik secara mandiri maupun swadaya. Kondisi ini menunjukkan solidaritas dan kebersamaan yang kental di antara para jamaah.
Setiap akhir acara, KH. Sholeh Bahrudin senantiasa memberikan tausiah singkat yang selalu dinantikan oleh para jamaah, menjadi penutup yang menyejukkan sebelum mereka kembali ke rutinitas harian.
Tak hanya menjadi ajang ibadah, kegiatan ini juga mempererat tali silaturahmi antarwarga. Jamaah yang menjadi tuan rumah merasakan berkah dan kebahagiaan, sementara yang hadir mendoakan kesejahteraan masyarakat setempat.
Tradisi wirid dzikrul ghofilin sendiri sudah populer di kalangan masyarakat Jawa, memiliki sejarah panjang sejak tahun 1960. Digagas oleh tiga kiai terkenal dan kharismatik yakni Kiai Hamid (Pasuruan), Kiai Hamim Jazuli (Gus Miek, Kediri), dan Kiai Achmad Shiddiq (Jember).
Selain itu, ada tiga tokoh lain yang berkontribusi dalam wirid dzikrul ghafilin: Mbah Kiai Dalhar (Magelang), Mbah Kiai Mundzir (Kediri), dan Mbah Kiai Hamid (Magelang).
Dalam sebuah catatan, KH. Achmad Siddiq pernah berharap dzikrul ghafilin dapat menciptakan suasana religius untuk membentengi masyarakat dalam menghadapi kehidupan modern.
Kegiatan rutin manaqib dan dzikrul ghofilin yang diasuh oleh KH. Sholeh Bahrudin awalnya hanya diikuti oleh puluhan orang. Namun, seiring berjalannya waktu, jamaah yang datang semakin banyak dan kini diperkirakan mencapai sekitar 6 ribuan orang.
Penyajian makanan sebagai sarapan para jamaah pun berubah dari piringan (alat makan piring) menjadi kotak foam yang dibagikan saat jamaah datang.
Kegiatan manaqib dan dzikrul ghafilin bersama KH. Sholeh Bahrudin telah mengukir kisah kebersamaan dan keimanan yang tak lekang oleh waktu.
Ponpes Ngalah dan tempat-tempat lainnya menjadi saksi ribuan langkah penuh harapan dan doa, menguatkan tali persaudaraan dan keimanan di tengah kehidupan yang terus berkembang. (red)