Pasuruan (WartaBromo.com) – Menjelang akhir tahun ajaran 2023/2024, SMAN 2 Kota Pasuruan menggelar acara meriah, Selasa (11/06/2024). Terdapat praktik upacara adat hingga festival kuliner.
Acara ini merupakan bagian dari rangkaian penilaian sumatif akhir tahun untuk mata pelajaran bahasa daerah sekaligus bentuk impelementasi kurikulum merdeka bagi siswa-siswi kelas X dan XI di SMAN 2 Kota Pasuruan.
Untuk kelas XI, siswa-siswi ditugaskan membuat project pengenalan budaya lokal. Mereka melakukan praktik upacara adat seperti tedhak siten, tingkeban, ruwatan, dan panggih manten.
Siswa-siswi mengenakan pakaian Jawa lengkap dengan seluruh perlengkapan untuk prosesi ritual. Masing-masing kelompok mempraktikan upacara adat sesuai tema yang didapat.
Sementara untuk kelas X, mereka menggelar festival kuliner mengusung tema kuliner tradisional khas Jawa Timur. Tiap kelompok siswa mendapat tugas memasak serta mengemas kuliner sesuai daerah yang mereka dapat, mulai Banyuwangi sampai Pacitan.
Misalnya, kelompok yang mendapat daerah Banyuwangi memasak nasi tempong, minuman temulawak, sale pisang. Kelompok yang mendapat daerah Pasuruan menyuguhkan ikon kuliner Pasuruan seperti rawon, lontong kupang, hingga jamu bonagung.
“Siswa-siswi membawa bahan mentah dari rumah lalu memasak di sekolah,” ujar guru bahasa daerah SMAN 2 Kota Pasuruan, Eka Nur Valentiani Dewi.
Acara berlangsung meriah. Seluruh guru, staf, dan murid berpartisipasi dalam acara ini. Mereka antusias membeli makanan dan minuman yang dibikin oleh murid-murid, juga memberi apresiasi terhadap praktik upacara adat.
Apresiasi terhadap hasil uji sumatif akhir tahun ini membuahkan hasil yang membahagiakan siswa. Salah satunya bisa viral hingga mendapat perhatian dari penyanyi pop jawa sekaligus pesinden Niken Salindry. Ini menjadikan siswa-siswi makin semangat dalam penungasan sumatif akhir tahun.
Valen–sapaan akrab Eka Nur Valentiani Dewi–menyebut, pendidikan berbasis kurikulum merdeka mendorong murid untuk mengembangkan kreatifitasnya. Ujian tidak melulu berupa pengerjaan soal, tapi bisa juga berbasis project kreatif murid.
Konsep festival kuliner dan budaya lokal kali ini, menurut Valen, dipilih sebagai bentuk pendidikan budaya lokal. Keduanya merupakan bagian tak terpisahkan dari identitas lokal masyarakat Jawa Timur.
“Harapannya murid-murid menggali dengan melakukan riset tema masing-masing, sehingga pengetahuan siswa tentang budaya lokal meningkat,” kata Valen.
Gadis, siswa kelas X-1 mengaku festival kali sangat seru. Ia dan teman-temannya mendapat pengayaan pengetahuan kuliner khas dari berbagai daerah di Jawa Timur.
Siswa lainnya, Raya juga mengapresiasi acara kali ini. Menurut dia, murid tidak hanya dikenalkan budaya lokal melalui buku dan teori, melainkan juga praktik.
Adanya praktik ini membuat murid-murid lebih kompak dalam mempersiapkan ujian. Tak hanya itu, dengan project ini, siswa-siswi lebih paham tentang hal-hal apa saja yang perlu disiapkan dan tata cara upacara adat.
“Dan juga tanpa bimbingan Bu Valen saat mempersiapkan, mungkin kelas kami banyak menyalahi aturan,” kata murid kelas XI-6 tersebut. (tof/**)