Sampah Plastik Ancaman Nyata Ekosistem Bromo

114

Sukapura (WartaBromo.com) – Ratusan kantong berisikan sampah plastik yang ditinggalkan oleh pengunjung, berhasil diangkut oleh tim gabungan dari kaldera Bromo dalam 2 hari terakhir. Menjadi ancaman serius bagi keberlanjutan kawasan konservasi.

Selama proses pembersihan berlangsung, kawasan wisata internasional ini ditutup total. Penutupan berlangsung dari 25 April pukul 00.01 WIB hingga 26 April pukul 23.59 WIB.

Penutupan dilakukan di 4 pintu masuk kabupaten. Dari pintu masuk Kabupaten Probolinggo, penutupan dilakukan dari Cemoro Lawang.

Sedangkan pintu masuk Kabupaten Pasuruan ditutup dari Dingklik. Serta dari pintu masuk arah Kabupaten Lumajang dan Malang, dilakukan di Jemplang.

“Penutupan ini dilakukan untuk pembersihan sampah di kawasan TNBTS gunung Bromo pasca libur panjang lebaran kemarin,” kata Kabag TU BB TNBTS, Septi Eka Wardhani, Jumat (26/4/2024).

Pada hari pertama pembersihan, ratusan kantong plastik sampah berhasil dikumpulkan dan diangkut dalam 1 pikap. Pada hari kedua, jumlah sampah yang dikumpulkan oleh relawan relatif berkurang.

Kegiatan pembersihan ini melibatkan berbagai elemen, termasuk petugas TNBTS, masyarakat setempat, pelaku wisata, dan pegiat lingkungan.

Dengan menggunakan motor dan mobil pikap, puluhan relawan menyusuri sejumlah titik di kawasan lautan pasir Bromo untuk memungut sampah.

“Kami berharap kesadaran masyarakat untuk tidak membuang sampah di kawasan Taman Nasional Bromo Tengger Semeru,” katanya.

Proses pemungutan sampah ini juga dilakukan sebelum lebaran 2024 lalu. Di mana kawasan wisata yang terkenal dengan keindahan kalderanya ditutup selama 2 hari berturut-turut.

“Aksi bersih-bersih seperti ini, sudah tidak terhitung dilakukan. Tinggal bagaimana mengubah perilaku pengunjung untuk tidak membuang sampah secara sembarangan,” sebut Sismiko, relawan dan ketua Forum Sahabat Gunung.

Masyarakat atau wisatawan diimbau untuk mengantongi sampahnya dan membuangnya di tempat yang telah ditentukan. Utamanya sampah plastik dan lainnya yang masuk dalam golongan sampah anorganik.

Sebab keberadaan sampah-sampah anorganik tersebut, mengancam keberlangsungan ekosistem di kawasan konservasi tersebut. Ekosistem yang selama ini dijaga dengan kearifan lokal Suku Tengger.

“Bromo itu, bukan hanya menawarkan keindahan alam dan budaya, melainkan juga memiliki keberagaman hayati. Jika ekosistem rusak, maka flora dan faunanya lambat laun juga punah,” tandas Miko. (lai/saw)

Website with WhatsApp Message
Follow Official WhatsApp Channel WARTABROMO untuk mendapatkan update terkini berita di sekitar anda. Klik disini.