Laporan: Amal Taufik, Pasuruan
SABTU (30/12/2023) pagi itu, Ilham Wahyu Romadhon seharusnya bermain badminton bersama Ahmad Fauzi. Melalui aplikasi percakapan malam sebelum kejadian, guru dan murid itu sepakat untuk berolahraga bersama di sekolah.
Tapi, hingga pukul 09. 00, Fauzi tak kunjung tiba. Alih-alih, justru kabar duka itu yang datang menyambarnya: Fauzi meninggal dunia.
Meski kabar itu nyata ia dengar, alam pikir Ilham belum bisa percaya. “Saya langsung cari kebenarannya,” kata Ilham saat ditemui di SMPN 1 Pasuruan, Selasa (01/01/2024).
Achmad Fauzi Ferdiansyah (13) menjadi korban pembunuhan bersama ibunya, Chosidah (54) di rumahnya yang berada di Kelurahan Bugul Lor, Kecamatan Panggungrejo, Kota Pasuruan.
Ilham adalah guru di SMPN 1 Pasuruan sekaligus wali kelas 8 F, sementara Fauzi adalah ketua kelas 8 F. Beberapa saat setelah mendapat kabar, Ilham masih sulit percaya atas insiden yang menimpa muridnya tersebut.
Pasalnya, Jumat (29/12/2023) malam, Ilham masih sempat berkomunikasi dengan Fauzi melalui aplikasi WhatsApp. Ilham mengajak Fauzi berolahraga badminton dan Fauzi mengiyakan.
Sebagai wali kelas, hubungan Ilham dengan Fauzi memang cukup dekat. Fauzi dikenal sebagai siswa yang baik dan rajin. Ia ditunjuk sebagai ketua kelas bahkan sejak kelas 7.
“Dia patuh terhadap guru dan sangat aktif, juga cakang,” ujarnya.
Sebagai murid, Fauzi tak pernah menolak jika dimintai tolong oleh guru-gurunya. Misalnya, ada guru yang perlu dengan murid-murid kelas 8 F, mereka selalu meminta tolong kepada Fauzi.
Tak hanya kepada guru, Fauzi juga merupakan sosok yang dikenal humble terhadap teman sebaya dan kakak kelasnya. Perilakunya yang baik itu membuat Fauzi banyak disukai oleh teman-temannya.
“Dimintai tolong azan di musala dia juga rajin. Guru-guru banyak yang merasa kehilangan,” imbuh Ilham.
Kesan yang sama juga disampaikan teman sekelas sekaligus tetangga sekampung Fauzi, Muhammad Oman Aliby (12).
Di kampung, Fauzi dikenal sebagai anak laki-laki yang tidak pernah bertindak macam-macam. Oman mengungkapkan, Fauzi sama seperti dirinya: anak yatim. Ayah Fauzi sudah meninggal dunia beberapa tahun lalu.
Sehari-hari, pagi sampai siang Fauzi bersekolah. Sore ia berangkat mengaji sampai maghrib. Selain itu, ia juga sering membantu membantu ibunya berjualan di toko.
“Kalau salat maghrib di masjid biasanya dia datang terakhir. Karena masih bantu-bantu ibunya,” ujar Oman.
Di sekolah pun, menurut Oman, Fauzi dikenal sebagai siswa yang rajin belajar dan baik kepada teman-temannya. Ia juga tidak pernah membolos sekolah.
Sehari sebelum peristiwa, Fauzi sempat mengajak Oman salat subuh berjamaah di musala. Namun hingga Sabtu subuh, Fauzi tidak kunjung datang. Oman sempat mengintip rumahnya, tetapi rumahnya terlihat gelap.
Tidak hanya itu, Fauzi bahkan juga membuat janji bersama teman-teman sekampungnya untuk merayakan malam pergantian tahun bersama. Oleh karena itu, Oman mengaku kaget saat mendengar Fauzi meninggal dalam insiden Sabtu pagi itu.
“Saya merasa sedih dan sangat merasa kehilangan teman. Biasanya main bareng. Ibunya juga baik sekali,” ujar Oman.
Ia tak pernah menyangka rencana untuk merayakan malam pergantian tahun berganti duka. Selaman jalan Fauzi…. (asd)