Pasuruan (WartaBromo.com) – Ratusan warga Kabupaten Pasuruan tercatat terinfeksi tuberculosis (TBC) di tahun 2023. Penyakit mematikan ini, sering ditemui di wilayah perkotaan.
Ketua Yayasan Bhanu Yhasa Sejahtera (YABHYSA) Pasuruan, Dzulfikri Safrian, menyoroti perlunya penanganan optimal terhadap kasus TBC yang masih menjadi permasalahan kesehatan signifikan di wilayah ini.
Sejak Januari hingga Oktober 2023, YABHYSA mencatat 6.620 warga sebagai suspek TBC, dengan 810 di antaranya dinyatakan positif.
Dzulfikri Safrian menyebut bahwa upaya tracing telah dilakukan terhadap 1.357 warga. Sementara sekitar 200 pasien TBC dilaporkan telah sembuh pada tahun 2023.
Pada tahun 2022, Safrian menyatakan, ada 468 pasien TBC yang sembuh dan 22 pasien meninggal dunia. Sementara pada tahun 2023, pihaknya mencatat hingga saat ini sekitar 200-an pasien TBC sembuh.
Melalui komunitas, ia turun ke lapangan untuk sosialisasi kepada masyarakat seputar bahaya TBC. Selain itu ia juga melakukan terapi pencegahan terhadap balita yang tinggal satu rumah dengan pasien TBC.
“Keluarganya kami beri edukasi agar balita tersebut diberi obat pencegahan. Hal ini untuk meminimalisir penularan terhadap balita,” ujar Safrian pada acara Pernyataan Bersama dalam Upaya Kolaborasi Penanggulangan Tuberculosis di Kabupaten Pasuruan di Hoten Ascent Premiere, Senin (18/12/2023).
Kasus TBC di Pasuruan, menurut Safrian, lebih kerap ditemui di wilayah perkotaan. Ia menyebut, kawasan perkotaan yang padat penduduk serta polusi udara menyebabkan penularan TBC di kawasan perkotaan lebih cepat.
Ia menambahkan, penanganan TBC memerlukan peranan banyak pihak. Tidak semata urusan bidang kesehatan. Kolaborasi lintas sektor diperlukan agar eliminasi TBC di Pasuruan maksimal.
“Untuk saat ini pemerintah daerah sudah membentuk tim lintas sektor untuk percepatan penananganan TBC. Mudah-mudahan target eliminasi TBC bisa tercapai,” imbuh Safrian.
Analisis peneliti Bappelitbangda Kabupaten Pasuruan, Ardi Kurniawan, mengungkapkan bahwa Pemkab Pasuruan telah memasukkan penanganan TBC ke dalam Rencana Pembangunan Daerah (RPD) 2024-2026.
Program ini melibatkan upaya pemenuhan kesehatan perorangan dan masyarakat. “Yang tercatat di RPD, indikatornya pasien suspect bisa terlayani 100 persen,” ujar Ardi. (tof/saw)