Pasuruan (WartaBromo.com) – Kabupaten Pasuruan dikenal sebagai sentra industri di Nusantara sejak lama. Bahkan sejak era Belanda.
Eksistensi industri di Pasuruan pun masih bisa dilacak jejaknya hingga kini. Salah satunya, pabrik tekstil Kantjil Mas Bangil.
Kantjil Mas, dari Masa ke Masa
Pergantian kepemilikan dari masa Hindia Belanda hingga pasca kemerdekaan menjadikan pabrik ini mengalami perubahan. Dari segi produksi hingga manajemennya.
Nur Kamelia, dalam jurnalnya (2017) menulis bahwa pada masa Belanda pabrik Kantjil Mas hanya mampu memproduksi dua macam komoditi tekstil saja.
Dilanjut pada masa kekuasaan Jepang, akhirnya pabrik ini diambil alih oleh pengusaha pribumi yakni Agoes Moesin Dasaad.
Di tangan Dasaad, pabrik Kantjil Mas dapat memproduksi lebih dari dua macam komoditi tekstil. Bahkan, dapat memenuhi 2 persen kebutuhan pakaian untuk perang.
Sayang seribu sayang, memasuki tahun 1950 pabrik Kantjil Mas mengalami masa-masa kemunduran, hingga akhirnya dilakukan penutupan atas dampak nasionalisasi.
Siapa Agoes Moesin Dasaad?
Dilansir dari cekricek.id, Agoes Moesin Dasaad adalah pengusaha sekaligus pejuang kemerdekaan.
Selain itu, pria kelahiran Filipina, 25 Agustus 1905 ini juga merupakan anggota Badan Penyelidik Usaha-usaha Persiapan Kemerdekaan Indonesia (BPUPKI).
Di usia mudanya, Dasaad diketahui banyak bergelut dalam bidang ekonomi. Hal ini terbukti saat ia menjadi direktur pabrik tenun Kantjil Mas di masa pendudukan oleh Jepang.
Hubungan kooperatif yang dijalin Dasaad dengan para penguasa juga menjadi alasan pabrik Kantjil Mas bertahan dan mengalami masa kejayaan. (lio/asd)