Sukapura (WartaBromo.com) – Kebakaran hutan dan lahan (karhutla) di Taman Nasional Bromo Tengger Semeru (TNBTS) berdampak krisis air bersih di Kecamatan Sukapura. Pemkab Probolinggo pun melakukan perbaikan jaringan pipa yang rusak. Harapannya, Kamis (28/9/2023) besok, krisis air bersih sudah bisa teratasi.
Berdasar informasi, setidaknya ada enam desa di Kecamatan Sukapura jadi jaringan air bersihnya rusak. Yaitu Desa Ngadisari, Wonotoro, Wonokerto, Jetak, Ngadas dan Ngadirejo.
Sejak Jumat (22/9/2023), perbaikan jaringan dilakukan oleh TRC PB BPBD Kabupaten Probolinggo, BPBD Provinsi Jawa Timur, dan TNBTS. Juga melibatkan TNI-POLRI dan masyarakat Tengger. Mereka menyusuri pipa lama sepanjang 17 kilometer, hingga titik sumber mata air Bukit Gentong di Kabupaten Lumajang.
Sedikitnya ada 900 pipa ukuran 1 dim menuju Desa Ngadas dan Jetak rusak. Pipa yang rusak sepanjang 6 kilometer digantikan dengan pipa yang baru.
Pipa untuk saluran air bersih di 2 desa itu, menjadi pipa pertama yang rampung pada Minggu (24/9/2023). Air yang kemudian dialirkan ke tandon-tandon sebelum masuk ke rumah warga.
“Kami terus berkolaborasi dengan pihak-pihak terkait, berusaha agar kerusakan jaringan itu secepatnya teratasi. Supaya masyarakat bisa menggunakan air seperti semula,” kata Pj. Bupati Probolinggo Ugas Irwanto, Rabu (27/9/2023).
Kepala Bidang Kedaruratan dan Logistik BPBD Kabupaten Probolinggo, Zubaidulloh menyebutkan, jika perbaikan pipa air bersih dilakukan bertahap. Mempertimbangkan tingkat kerusakan, tenaga, dan kesulitan warga dalam memenuhi kebutuhan air bersih. Juga memperhitungkan jarak antara mata air dengan desa terdampak.
Ia mengatakan, secara mendasar tak ada kendala dalam proses pemasangan pipa air bersih. “Hanya saja membutuhkan tenaga yang banyak agar penyambungan pipa bisa segera selesai,” ungkap Zainulloh.
Meski begitu, petugas harus ekstra hati-hati dalam pemasangan pipa itu. Supaya pipa yang sudah tersambung, dapat bertahan lama mengalirkan air ke pemukiman penduduk. Mengingat jalur penyambungan pipa berada pada lereng gunung.
Faktor lainnya karena kawasan TNBTS dilewati sejumlah kendaraan seperti, jip wisata dan sepeda motor. Sehingga sebagian jaringan pipa harus ditanam di dalam tanah. “Jika terlindas kendaraan di atasnya masih aman,” katanya.
Pekerjaan itu, kata Zainulloh terus dikebut. “Jika tidak ada kendala, paling lambat desa yang terdampak krisis air mulai normal Kamis,” tandas pria berdarah Madura itu.
Kepala Desa Wonotoro, Sarwo Slamet mengatakan, di desanya ada 114 kepala keluarga (KK) terdampak krisis air bersih. Perbaikan pipa rusak menuju desanya dengan cara mengganti 60 ruas pipa baru. “Syukurlah setelah ada penggantian pipa baru, warga kami sudah terlayani air bersih,” ujarnya. (adv)