Sukapura (wartabromo.com) – Jazz Gunung Bromo ke 15 usai digelar. Di event ke 15 ini pula, Jazz Gunung Bromo semakin kuat kolaborasikan musik dari berbagai genre. Targetnya, jazz gunung tak hanya sebagai pagelaran musik, tapi juga menjadi ajang silaturahmi lintas generasi.
Penggagas Jazz Gunung Bromo, Sigit Pramono menyebut, kolaborasi berbagai macam genre musik ini menjadi salah satu penanda terjalinnya komunikasi lintas generasi. Diakui Sigit, perubahan memang sempat terjadi, sepeninggal Djaduk Ferianto, rekan sejawatnya sebagai penggagas jazz gunung.
“Nyawa Jazz Gunung sedikit mengalami perubahan di tahun kemarin, tapi memang tak harus seperti Djaduk, karena dia tidak tergantikan. Tahun ini, anak-anak kembali menemukan ‘soul’nya lagi. Kolaborasi Denny Caknan bersama Ring of Fire Project, cukup bagus dan sangat memuaskan,” jelas Sigit, Minggu (23/07/2023).
Jazz Gunung Bromo juga diproyeksikan menjadi ajang untuk musisi muda berkreasi. Baik itu dari dalam dan luar negeri. Kehadiran musisi legendaris seperti Mus Mujiono, Ermy Kulit, dan lainnya, sebagai salah satu penghubung. Bahwa musik genre apapun bisa diwarnai dengan jazz.
Sukses tampil bersama Ring of Fire, Denny Caknan mengaku sangat puas. Lantaran jazz gunung bisa mengawinkan genre dirinya sebagai musisi dangdut, dengan jazz.
“Gak susah, paling ya menghafal liriknya sama jebakan-jebakan nada yang sudah ada. Sama hidung mampet sebelah tadi karena dingin,” ujar musisi asal Ngawi ini.
Gelaran jazz gunung hari kedua pun sukses dan meriah. Jamaah aljazziyah kompak digoyang Denny Caknan dan ditutup ambyar oleh Yura Yunita. (Lai/may)