Pasuruan (WartaBromo.com) – Penyebaran virus Lumpy Skin Disease (LSD) makin merebak di Kabupaten Pasuruan. Cepatnya penyebaran virus yang dikenal sebagai penyakit lato-lato ini membuat para peternak.
Hal itu diungkap oleh Muhammad Habibi, Ketua Paguyuban Peternak dan Pedagang Daging Sapi Pasuruan Raya itu mengatakan, munculnya wabah penyakit LSD yang berada di Pasuruan membuat sejumlah peternak merugi.
Belum lama Penyakit Kuku dan Mulut (PMK) mereda, peternak kembali diuji dengan munculnya wabah penyakit LSD. Akibatnya banyak peternak yang mengurangi jumlah sapi ternaknya.
“Regenerasi sapinya jadi terhambat. Di pasaran jumlah sapinya berkurang sampai 40 persen,” kata Habibi saat dikonfirmasi wartabromo.com, Sabtu (17/6/2023).
Selain itu, Habibi juga mengeluhkan lambatnya penyaluran vaksin kepada para peternak. Menurutnya, terbatasnya jumlah petugas kesehatan hewan (keswan) di lapangan jadi penyebabnya.
“Petugas medis hewannya memang sangat sedikit, satu kecamatan biasanya cuma satu orang,” tuturnya.
Menurutnya, para peternak sapi di Pasuruan juga masih banyak yang menolak sapinya untuk vaksin. Alasan tidak mengetahui bahwa hewan ternak miliknya terserang LSD juga menjadi salah satu alasannya.
“Tapi banyak memang yang ogah divaksin sapinya. Alasannya beragam, seperti peternak kan nggak tahu kalau sapinya sakit, nggak di cek juga tiba-tiba mau di vaksin. Itu membuat para peternak juga enggan sapinya di vaksin.
Pihaknya juga masih akan terus berkoordinasi supaya dinas lakukan sosialisasi.
Berdasarkan data Dinas Peternakan dan Kesehatan Hewan Kabupaten Pasuruan, menyediakan 61.300 vaksin LSD sejak Oktober 2022 lalu. Hingga per 12 Juni 2023 kemarin, baru 29.109 dosis vaksin yang disuntikkan kepada ternak sapi.
Diketahui, anggota paguyuban ternak di Kabupaten Pasuruan ada sekitar 864 orang. Dimana 344 orang merupakan peternak, dan sisanya pedagang daging.
Sekedar diketahui, jumlah kasus LSD di Kabupaten Pasuruan meningkat hingga mencapai 193 ekor per 10 Juni 2023 lalu. Ratusan sapi positif penyakit lato-lato ini tersebar di 14 kecamatan, 32 sapi juga sudah dinyatakan sembuh dan baru 1 sapi yang meninggal akibat LSD.
“Yang paling tinggi kasus LSD masih di wilayah Gempol,” ujarnya. (don/asd)