Mayangan (wartabromo.com) – Ada yang berbeda dari rombongan calon jamaah haji asal Pulau Gili Ketapang yang diberangkatkan pada hari ini. Dengan diiringi kapal hias, mereka menuju pelabuhan dan dilanjutkan ke titik kumpul pemberangkatan.
Tradisi itu disebut warga sekitar sebagai tradisi Atter Hajien. Warga pulau akan berbondong-bondong naik kapal hias, mengantarkan kerabat, tetangga, ataupun saudaranya yang pergi haji. Kapal ikan yang biasa digunakan bekerja, diberi ornamen dan asesoris berwarna cerah.
Menambah semarak suasana, sound system dengan lagu khasidah dan religi turut didendangkan. “Setiap tahun selalu seperti ini. Agar yang lain ikut semangat juga, bahagia. Sehingga bisa menyusul tahun depannya menunaikan ibadah haji aau umroh juga,” jelas salah satu warga, Zainab, Kamis (15/06/2023).
Tahun ini, ada sekitar 50 calon jamaah haji asal Pulau Gili yang berangkat. Jumlah itu menjadi yang terbanyak dari beberapa daerah di Kabupaten Probolinggo.
Dalam tradisi Atter Hajien ini, ada filosofi yang terkandung. Yakni semangat kekompakan, kebersamaan, dan kerukunan warga. Hal itu dilambangkan dengan ikut sertanya seluruh warga pulau mengantarkan calon jamaah haji.
Pulau Gili juga dikenal sebagai pulau haji. Lantaran 60 persen lebih warganya sudah haji atau umroh. “Dalam masyarakat kami juga ada kebisaan, masing-masing warga memberi bekal atau sangu ke calon jamaah haji yang berangkat. Suatu ketika juga demikian, atau gantian,” terang Kades Gili, Munir.
Haji dan Umroh, memang menjadi prioritas dan cita-cita warga pulau berpenduduk 3.100 KK ini. Hasil bekerja sebagai nelayan, ditabung. Setiap harinya pun warga hidup dalam kesederhanaan.
Tradisi Atter Hajien ini pun diharapkan bisa terus lestari dan dilanjutkan generasi muda. Agar generasi mendatang tetap memiliki identitas dan jati dirinya. (lai/yog)