Filosofi Ongkek, Tandur Tuwuh dan Kesucian Warga Tengger

153

Sukapura (wartabromo.com) – Yadnya Kasada di Kawah Bromo, bukan hanya bicara soal larung sesaji ke kawah. Ada satu piranti penting dalam ritual tersebut. Yakni Ongkek, yang dibuat di tiap desa di Lereng Bromo.

Ongkek, merupakan sebuah pikulan dengan aneka hasil bumi warga masyarakat Tengger. Mulai dari sayuran, bunga, janur, sampai ‘sari’ atau uang. Pembuatan ongkek, dikerjakan oleh lelaki Tengger secara gotong royong di rumah kepala desa.

Ada filosofi yang terkandung dalam ongkek. Yakni tandur tuwuh. Melambangkan wujud syukur dan berkah. Selama satu tahun, warga diberikan rejeki berupa hasil bumi yang melimpah. “Karena itulah, ongkek diisi dengan aneka hasil bumi. Mulai dari kentang, bawang, kelapa, pisang, bunga senikir, sampai uang,” kata Kepala Desa Wonotoro, Sarwo Slamet, Minggu (04/06/2023).

Kendati dibuat oleh masing-masing desa di Lereng Tengger, tidak semua desa bisa membuat ongkek saat Yadnya Kasada. “Jadi ada hitungan measuki bulan suci. Jika dalam masa hitungan bulan suci menjelang kasada itu ada orag meninggal di desa yang bersangkutan, maka desa tersebut tidak bisa membuat ongkek atau mempersembahkan rasa syukurnya,” jelas Sarwo.

Jadi menjelang Yadnya Kasada, desa harus dipastikan bersih dan suci. Artinya tidak ada warga yang meninggal. Tahun ini, di Wonotoro tidak ada warga yang meninggal. Dalam kurun waktu suci yang sudah ditentukan. Sejumlah desa lain di Kecamatan Sukpaura, ada yang membuat ataupun tidak membuat ongkek. Desa Ngadas dan Ngadirejo, tahun ini tidak membuat ongkek. Lantaran ada warga desa yang meninggal selama kurun waktu suci yang ditentukan.

Proses pembuatan ongkek di Desa Wonotoro pun, kini diminati oleh generasi muda. Agus Prasetyo, pemuda desa setempat mengaku bahwa dirinya bangga, menjadi warga Tengger. “Karena itu sebagai generasi muda, kami harus tahu dan paham. Seluk-beluk tradisi kami. Jadi tidak hanya tahu jika ada kasada saja. Melainkan mempersiapkan segala sesuatunya pun harus kami pahami,” katanya.

Remaja 19 tahun ini pun harus belajar banyak. Soal pembuatan ongkek dari pertama kali sampai sudah jadi. Bahan apa saja yang harus digunakan. Serta kombinasi penataan ongkek.

“Harus diletakkan sesuai urutannya. Karena memiliki simbol dan arti tersendiri. Termasuk penggunaan bunga senikir yang orang pikir tidak harum ini,” ujar Agus.

Dalam ongkek, bunga yang dipakai memang hanya senikir saja. Bukan jenis bunga yang harum atau lazim dipakai untuk pelengkap persembahan.

“Senikir itu memiliki makna senenge pikir. Artinya ongkek ini diharapkan bisa menjadi penyenang pikiran leluhur kami yang menerimanya di sana,” tandasnya.

Usai dibuat, ongkek akan dikirim ke Pura Luhur Poten di Laut Pasir Bromo. Didoakan oleh tokoh agama dan sesepuh Tengger. Sebelum akhirnya dilarung ke kawah Bromo pada esok dinihari. (Lai/yog)

Website with WhatsApp Message
Follow Official WhatsApp Channel WARTABROMO untuk mendapatkan update terkini berita di sekitar anda. Klik disini.