Sidogiri (WartaBromo.com) – Ribuan jamaah banjiri Pondok Pesantren Sidogiri di Desa Sidogiri, Kecamatan Kraton, Kabupaten Pasuruan, Selasa (11/4/2023) sore kemarin. Mereka antusias menghadiri rangkaian acara Haul KH. Cholil Nawawie yang ke-47.
Dalam buku “Jejak Langkah 9 Masyayikh” disebutkan, KH. Cholil Nawawie adalah pengasuh PP Sidogiri yang ke 10 menggantikan KH. Abd. Djalil yang gugur dalam perjuangannya melawan agresi militer Belanda pada 01 DzulQa’dah 1366 H atau 26 September 1947 M.
Ia merupakan putra dari pasangan KH. Nawawie bin Noerhasan dan Nyai Nadzifah. Keistimewaan KH. Cholil sudah tampak sejak kecil. Bahkan nama Cholil merupakan pemberian dari Syaikhona Cholil Bangkalan, seorang Kiai yang kesohor kewaliannya.
Cerita keistimewaan Mas Cholil, panggilan akrab masa kecilnya, barangkali tak lagi asing di kalangan masyarakat luas. Salah satunya adalah terjadi sehari sebelum Mbah Cholil Bangkalan wafat.
Saat itu Mas Cholil berteriak berkali-kali “Meduro kiamat, Meduro kiamat.” (Madura kiamat, Madura kiamat).” Suara teriakan itu pun didengar oleh Kiai Nawawie yang sedang mengajar para santri di surau. Sontak sang ayah pun menghampirinya dan bertanya “ada apa?”
Sang ayah baru menyadari kejadian itu keesokan harinya. Saat ia mendengar kabar bahwa Mbah Cholil Bangkalan wafat. Perkataan Mas Cholil madura kiamat ternyata merupakan isyarat akan wafatnya ulama besar itu.
Seorang Ulama yang Peka Terhadap Problem Sosial Masyarakat
Dalam buku yang sama diceritakan, sebagai Ulama, KH. Cholil tak kemudian lupa terhadap kehidupan sosial. Ia dikenal sebagai sosok Kiai yang peduli terhadap orang yang membutuhkan. Tak jarang warga sekitar datang meminta bantuan padanya.
Dalam hal ini, KH. Cholil memiliki dua lumbung padi di rumahnya. Satu lumbung padi untuk keluarga dan satu untuk persediaan warga yang membutuhkan jika suatu saat musim paceklik tiba.
Selain itu, saat momen lebaran hari raya, banyak pedagang yang mendatangi kediamannya. Tak pilih-pilih, setiap barang dagangan yang ditawarkan si penjual pasti selalu dibeli untuk kemudian disimpan. Lebaran selanjutnya, barang-barang tersebut ia bagi-bagikan pada warga sekitar rumah.
Bentuk kepeduliannya pada masyarakat tak hanya dalam hal materi. Secara rutin di hari minggu, KH. Cholil juga memberikan pengajian umum bagi masyarakat. Mulai dari kajian kitab Bidayatul Hidayah hingga kitab-kitab dengan bidang keilmuan lainnya.
Atas dedikasinya yang besar terhadap dunia pendidikan agama serta kontribusi yang nyata dalam kehidupan sosial, namanya harum dikalangan masyarakat luas. Tak heran jika ribuan jamaah di setiap tahunnya selalu membanjiri peringatan haul KH. Cholil Nawawie. (lio/yog)