Pasuruan (WartaBromo.com) – Bulan Ramadan kali ini, bertepatan dengan tanggal 7 Ramadhan 1366 Hijriah kemarin merupakan haul Hadratus Syaikh KH. Hasyim Asy’ari. Ia adalah sosok revolusioner dari kalangan ulama Indonesia.
Kh. Hasyim Asy’ari merupakan seorang pengarang kitab Adabul ‘Alim wal Muta’alim. Selain itu, ia adalah kakek dari Presiden RI ke-4 Abdurrahman Wahid dan pendiri Ponpes Tebuireng, Jombang, Jawa Timur.
Sosok yang juga seorang Rais Akbar dan NU ini lahir pada tanggal 24 Dzulqo’dah 1287 atau 14 Februari 1871. Dengan nama pemberian orang tuanya yakni Muhammad Hasyim.
Hasyim Asy’ari adalah bangsawan Majapahit yang lahir di desa Gedang Kabupaten Jombang Jawa Timur. Beliau juga masih ada silsilah keturunan dari Brawijaya VI yang dikenal dengan Lembu Peteng.
KH. Hasyim Asy’ari adalah seorang putra ketiga dari dari 11 bersaudara dari pasangan Kyai Asyari dan Nyai Halimah.
Dari jalur ayah, nasabnya bersambung kepada Maulana Ishak hingga Imam Ja’far Shadiq bin Muhammad al-Baqir.
Sedangkan dari jalur ibu, nasabnya bersambung kepada Raja Brawijaya VI (Lembu Peteng) yang berputera Karebet atau Jaka Tingkir, raja Pajang pertama (1568) dengan gelar Sultan Pajang atau pangeran Adiwijaya.
Beliau merupakan putra ketiga dari 11 bersaudara dari pasangan Kyai Asyari dan Nyai Halimah. Dari jalur ayah, nasabnya bersambung kepada Maulana Ishak hingga Imam Ja’far Shadiq bin Muhammad al-Baqir.
Sedangkan dari jalur ibu, nasabnya bersambung kepada Raja Brawijaya VI (Lembu Peteng) yang berputera Karebet atau Jaka Tingkir, raja Pajang pertama (1568) dengan gelar Sultan Pajang atau pangeran Adiwijaya.
Dilansir dari Times Indonesia bahwa tidak akan pernah ada peringatan haul KH Hasyim Asyari oleh pihak pihak manapun bahkan pihak keluarga Ponpes Tebuireng.
Hal tersebut disebabkan oleh pandangan KH Hasyim Asyari yang menolak hari wafatnya diperingati secara khusus agar tidak ada kultus individu.
KH Hasyim Asyari wafat pada pukul 03.00, bertepatan dengan tanggal 25 Juli 1947 atau 7 Ramadan 1366 h. Kepergian Hadratussyaikh ke pangkuan sang maha kuasa, bukan hanya menjadi duka dalam bagi keluarga Pondok Pesantren Tebuireng, Jombang.
Hal itu pun merupakan duka mendalam bukan hanya bagi kaum Nahdliyyin dan dunia Pesantren, tetapi bagi seluruh Bangsa dan Negara. (tra/trj)