Pasuruan (WartaBromo.com) – Mitos mengenai babi ngepet sudah tak asing bagi masyarakat pada umumnya, khususnya di Indonesia. Babi ngepet identik dengan manusia yang dapat berubah wujud pada malam hari dan mempunyai tujuan mengambil uang orang lain.
Pasalnya, aksi babi ngepet dalam mengambil uang itu dengan cara menggesekkan badan ke dinding rumah target tujuannya untuk membuat uang itu berpindah tangan.
Dilansir dari CNBC, Menurut sejarawan dan penelitian dari Nanyang Technological University Singapore, Christopher Reinhart, hal seperti itu terkesan tidak logis.
Dirinya memberikan jawaban logis mengenai asal-usul kemunculannya. Menurut Reinhart, dalam trend studi masyarakat kolonial, istilah babi ngepet mulai muncul sejak masa Cultuurstelsel atau tanam paksa pada 1830-1870.
Tak lain adalah sejak pemberlakuan tanam paksa banyak orang-orang kaya baru di kalangan masyarakat Jawa. Mereka umumnya para pedagang dari kaum pribumi atau Tionghoa yang menjadi kaya raya dalam sekejap.
Peristiwa itu menimbulkan keberanian di tengah masyarakat petani yang hidupnya sederhana. Maka sampailah pada titik inilah, imajinasi masyarakat petani bermain.
“Para petani yang hidupnya sederhana tiba-tiba kaget melihat ada orang yang tiba-tiba kaya dalam sekejap. Alhasil, mereka menuduh orang kaya tersebut mendapatkan harta dari cara yang tidak benar, yakni babi ngepet,” ungkap peneliti yang kini jadi asisten riset di Universitas Oxford.
Bagi kaum petani kekayaan adalah proses terbuka. Maksudnya, tiap orang harus melewati proses dan usaha jelas yang dapat dilihat oleh mata orang lain.
Akan tetapi, mereka tidak melihat kerja keras dari orang kaya baru itu. Alhasil, mereka menuduhnya bekerja sama dengan setan
“Jadi, tuduhan dan imajinasi babi ngepet bisa dikatakan sebagai upaya mitigasi petani. Agar menjauhi orang kaya, agar tidak menjadi kaya, dan agar tidak terpengaruh orang kaya supaya tidak terjerumus ke dalam kesesatan,” pungkasnya. (tra/trj)