Mayangan (WartaBromo.com) – Seorang lansia di Probolinggo Jawa Timur, hidup sebatang kara di tengah hutan mangrove. Ironisnya, selama hampir 40 tahun, tidak ada perhatian dari pemerintah setempat. Lansia itu pun hidup mengenaskan dari hasil memulung dan mencari kerang.
Di gubuk seadanya inilah, kakek Agus Sugiharto, lansia 76 tahun hidup sebatang kara selama 40 tahun terakhir. Lokasinya berada di tengah hutan mangrove, di sekitar JLU Mayangan, Kota Probolinggo.
Kakek Agus Sugiharto semula adalah seorang pengamen jalanan dan ahli reparasi kunci. Saat bertolak dari tanah kelahirannya di Jogjakarta, Agus sudah sempat menjelajah seluruh Jawa Timur.
Hingga akhirnya, 40 tahun silam, kakek Agus memilih menetap di Probolinggo. Saat itu staminanya masih prima. Setiap hari ia lewatkan dengan mencari kerang dan mengamen. Karena tidak punya tempat tinggal, akhirnya ia menemukan tempat berteduh saat ini, yakni di tengah hutan mangrove.
Sepi dan sunyi, menjadi kawan sehari hari baginya. Gubuk yang ditempati saat ini pun dibangun dengan ala kadarnya. Menggunakan potongan asbes yang dipungut di sampah, hingga bekas banner dan terpal yang dibuang.
Untuk menyambung hidup, kakek agus mencari kerang dan dijual ke warga sekitar perumahan. Atau memungut plastik dan barang bekas di sampah. Barang bekas seperti plastik dan kaleng bekas itu dikumpulkan, lalu dijual.
“Biasanya saya jual ke perumahan sini hasil kerangnya. Hasilnya untuk beli beras dan telur,” katanya, ditemui di gubuknya, Senin (31/10/2022).
Gubuk sederhana itupun menjadi tempat melewatkan masa tuanya. Saat air laut pasang, ia bertahan dengan bertengger di akar pohon bakau. “Ya kalau pasangnya malam, naik ke atas sini,” katanya, seraya menunjuk papan di atas akar mangrove.
Sebagai teman sehari-hari, Kakek Agus memelihara kucing liar. Kucing – kucing itu ia pungut dari jalanan, dan dipelihara dengan penuh kasih sayang. Jumlahnya pun bertambah. Dari semula hanya dua ekor, menjadi delapan ekor.
Sejauh ini, tidak ada bantuan dari pemerintah yang diterima Kakek Agus. Lantaran kartu tanda penduduknya, hilang saat merantau dahulu. Namun demikian, Kakek Agus tidak pernah mengganggu atau meminta-minta pada warga sekitar.
“Kami tahunya dari pemancing, mengatakan kalau ada orang tua di tengah mangrove situ. Kami cek, ternyata benar. Pak Agus ini. Kami prihatin, karena baru dua minggu yang lalu saja pemerintah tahu, setelah viral,” kata warga sekitar, Bambang.
Padahal, Kakek Agus sudah mendiami kawasan itu sejak sekitar puluhan tahun lalu. Warga yang kasihan, berupaya membantu kakek agus ala kadarnya. Seperti memberi makan, atau bahan makanan seperti beras dan mie instan dan telur. Warga berharap, pemerintah setempat memberikan perhatian pada kakek agus.
“Minimal memberikan tempat tinggal yang layak lah,” tandas Bambang.
Sementara itu, Kakek Agus sendiri bercita-cita bisa membuka jasa servis kunci. “Jika memiliki kesempatan dan modal. Seperti yang dulu, waktu merantau di Surabaya. Saat itu tutup karena terkena razia penertiban trotoar,” kenang Kakek Agus. (lai/saw)