Mayangan (wartabromo.com) – Jelang kenaikan harga BBM, nelayan di pesisir Mayangan, Kota Probolinggo, memilih tidak melaut. Rencana kenaikan solar per 1 September besok, dirasa begitu memberatkan.
Keadaan itu juga diperparah dengan stok solar yang sering terlambat datang. “Sudah sejak sebulan lalu seperti itu. Ya harus atur siasat, tidak bisa sering melaut seperti dulu. Juga menyesuaikan dengan cuaca,” tutur salah satu nelayan, Mustofa, Rabu (31/08/2022) petang.
Mustofa juga mengeluhkan kenaikan harga solar secara terus menerus. Dari harga sebelumnya yang hanya Rp5.500 per liter sampai saat ini, sebelum kenaikan Rp6.500 per liter. Harga baru, solar diperkirakan mencapai Rp7.500 per liter.
“Bagi kami, harga segitu (Rp6.500/liter) sudah cukup berat bagi kami, masyarakat menengah ke bawah. Apalagi dinaikkan seribu,” keluhnya.
Sejauh ini, ketika cuaca buruk dan harga ikan dinaikkan, pembeli sudah sepi. Apalagi dengan adanya kenaikan harga BBM ini. “Kami hanya bisa pasrah, mau dijual berapa lagi ikan hasil tangkapan kami,” sebutnya.
Sekali melaut, Mustofa menyebut butuh sedikitnya 1.000 liter solar. Serta 250 liter pertalite untuk lampu penerangan. Kenaikan harga BBM itu pun, membuat Mustofa pusing.
Senada dengan Mustofa, Rifai juga tak jauh beda. “Kami terpaksa berhenti dulu melaut. Karena sedari pagi kami mencari bahan bakar tidak dapat,” imbuhnya.
Warga berharap, pemerintah mengkaji kembali kenaikan harga BBM tersebut. Sebab akan menimbulkan efek yang begitu besar pada masyarakat. (lai/may)