Klakah (WartaBromo.com) – Ranu Klakah kembali mengalami fenomena koyo yang menyebabkan ikan mabuk. Alhasil, warga pun memborong ikan mabuk yang dijual separuh harga ini.
Fenomena Koyo atau juga disebut Upwelling terjadi setiap tahun di Ranu Klakah. Kondisi itu karena air ranu terkontaminasi belerang, dan menyebabkan ikan mabuk mengambang di permukaan air.
Akibatnya, banyak pemilik keramba yang ada di Ranu Klakah merugi karena terpaksa harus memanen ikannya sebelum waktunya.
Yudi, salah satu pemilik keramba mengaku rugi hampir separuh dari hasil biasanya. Dalam kondisi normal, Yudi mampu menjual ikan kerambanya dengan harga Rp35 ribu per kilogram.
“Ya itungannya rugi, soalnya kalau harga normal kita jualnya Rp35 ribu per kilogram, sekarang ini 15 – 25 ribu tergantung ukurannya,” ungkapnya saat ditemui di sekitar Ranu Klakah, Selasa (26/7).
Yudi bersama pemilik keramba lainnya pun harus menjual ikannya di sekitar Ranu Klakah agar tidak menderita kerugian lebih besar. Dikatannya, fenomena tersebut akan berlangsung selama kurang lebih sepekan.
“Biasanya seminggu ini, kalau mulainya kemarin pagi, ya ini seperti biasa setiap tahun kita kayak gini,” katanyaa.
Namun bagi pencari ikan, fenomena koyo menjadi berkah tersendiri. Pasalnya, ikan yang tidak berada di keramba pun ikut mabuk. Sehingga masyarakat sekitar juga berlomba untuk mendapatkan ikan koyo.
Biasanya masyarakat sekitar hanya mencari ikan untuk konsumsi sendiri. Namun ada juga yang mencari banyak ikan untuk dijual.
“Meskipun ini musibah bagi para petani keramba, tetapi fenomena ini ditunggu oleh masyarakat sekitar,” ungkap Ashari, warga sekitar Ranu Klakah.
Sebagai tambahan informasi, fenomena koyo juga dikenal dengan istilah upwelling atau pergerakan massa air secara vertikal. Fenomena ini ditandai dengan mulai mabuk atau mengambangnya ikan di permukaan danau.
Penyebabnya karena perbedaan suhu atau angin, yang mengakibatkan massa air lapisan bawah naik ke atas. Nah, massa air yang di bawah itu membawa material seperti belerang. (rul/may)