Pasuruan (WartaBromo.com) – Merebaknya kasus Demam Berdarah Dengue (DBD) di Kota Pasuruan kian memperkuat kajian oleh Badan Perencanaan Pembangunan Nasional (Bappenas).
Hasil kajian yang dipublikasikan April 2021 lalu itu menyebut adanya potensi peningkatan kasus DBD akibat perubahan iklim (climate change).
Bahkan, kerugian yang diderita akibat penyakit ini diperkirakan mencapai Rp34 triliun. “Kerugian itu hanya dari satu penyakit, belum yang lain,” tulis Bappenas dalam laporannya.
Peneliti Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN), Sugiyono menyebut meningkatnya ancaman DBD disebabkan adanya perubahan perilaku nyamuk.
“Nyamuk memiliki kemampuan lebih untuk beradaptasi dengan kondisi lingkungan akibat perubahan iklim,” kata Sugiyono, seperti dikutip dari Mongabay.
Lebih lanjut, bila sebelumnya nyamuk Aedes Aegypti yang menjadi medium penyebaran DBD hanya menggigit pada jam-jam tertentu, kini tidak lagi.
“Ini sekaligus menjadi peringatan bagi kita untuk lebih memperhatikan kebersihan lingkungan. Semua yang berpotensi menjadi tempat jentik harus dibersihkan,” ungkap Sugiyono.
Seperti diketahui, kasus DBD di Kota Pasuruan mengalami peningkatan dalam beberapa tahun terakhir. Tercatat, pada 2020 lalu sebanyak 90 kasus, meningkat menjadi 105 kasus di 2021.
Dalam Februari lalu saja, 7 warga di Komplek Perubahan Pesona Candi IV Kelurahan Sekargadung, Kota Pasuruan terjangkit DBD. (tof/asd)