Bikin Batik Alami dari Tanaman Indigostrubilantes, Pembatik Asal Sukorejo Go Internasional
Pasuruan (wartabromo.com) – Pembatik asal Desa Gunting, Kecamatan Sukorejo, Kabupaten Pasuruan mampu membuat pewarna batik alami dari tanaman Indigostrubilantes. Hal ini pula yang membuat batiknya tembus pasar Eropa
Ia adalah Ferry Sugeng Santoso, pembatik yang sudah dikenal di beberapa daerah ini mengembangkan tanaman Indigostrubilantes sebagai penghasil warna “Colour Of The King” sejak tahun 2019 silam.
Tanaman Indigo adalah sejenis perdu dengan bentuk daun yang lebar dan bulat dan bisa menjadi tinggi maksimal 1-1,5 meter. Tanaman ini juga dikenal dengan sebutan tanaman nila yang berasal dari Jepang dan banyak dikembangkan di daerah Temanggung, Jawa Tengah.
Ferry mengaku saat ini sudah 2000 tumbuhan indigo yang ditanam di daerah Nongkojajar, Kecamatan Tutur serta di sekitar Lereng Gunung Arjuno.
“Awalnya saya tanam 10 bibit sendiri di rumah, terus berkembang hingga menjadi 100 bibit. Nah setelah itu kemudian saya tanam di dataran tinggi, saat ini sudah ada 2.000 an tanaman indigo,” kata Ferry kepada wartabromo.com, Sabtu (12/2/2022).
Tanaman Indigostrubilantes memang bisa tumbuh subur di wilayah Kecamatan Tutur. Tumbuhan ini dijadikan bahan pewarna fermentasi kain oleh pembatik bernama Ferry.
Untuk proses mewarnai batik dari bahan daun indigo ini sangat mudah. Awalnya, tanaman indigo dipotong batangnya, kemudian direndam selama 4 hari. Selanjutnya, batang dan daunnya dipisah, lalu diambil airnya saja ditambah kapur tohor, dan lanjut selama 2 sampai 3 untuk proses pengeburan.
Setelah menjadi pasta indigo, langkah selanjutnya adalah mencampur pasta tersebut dengan air. Untuk pewarnaan pada kain yang sudah dibatik, proses perendaman membutuhkan waktu satu hari.
“Per 3 kwintal batang dan daun yang ditimbang, nanti menghasilkan pasta indigonya sekitar 40 kilogram,” lanjutnya.
Hasilnya, batik-batik tulis karya Ferry mendapatkan warna hijau dan biru yang sangat cantik. Sehingga, nanti bisa menghasilkan kain batik yang sangat banyak dari pasta indigo yang sudah diproses tersebut.
Pewarna alami dari tanaman indigo ini tahan lama dan warna birunya lebih mendominasi. Batik pun semakin elegan, baik dikenakan pria maupun wanita.
“Memang kalau tanaman Indigostrubilantes menghasilkan warna biru sangat baik,” tuturnya .
Untuk harga kain batik dan pakaian yang sudah jadi, bervariasi tergantung tingkat kesulitan pembuatannya. Untuk pasar nasional ini mulai dari Rp750 ribu per potong kain.
Selain di pasar Nasional, Ferry juga memasarkan produk batiknya hingga Korea, bahkan juga di Eropa, yakni belanda dan kanada.
“Untuk yang di Kanada kemarin, Rp 7,5 juta per satu lembarnya, itu ada sekitar 25 lembar kalau nggak salah,” tandasnya.
Ferry juga berencana membudidayakan tanaman asal Jepang itu dengan petani apel di daerah lain kawasan Tutur. Ia berharap, batik yang pewarnaannya dari tanaman Indigostrubilantes itu bisa menjadi ikon Kabupaten Pasuruan. (don/may)
Website with WhatsApp Message