Bangil (WartaBromo.com) – Focus Group Discussion (FGD) yang difasilitasi WartaBromo seolah menjadi ajang para alumni untuk menumpahkan uneg-uneg terkait perubahan SMAN Bangil (SMANBA) menjadi SMAN Taruna Madani. Mereka bahkan siap beradu data dengan pihak penentu kebijakan perubahan.
Ada beberapa alumni SMANBA yang bebricara dalam FGD, Jumat (28/01) lalu. Chairil Muhlis, alumnus SMANBA 1988 ini menilai pihak-pihak yang pro SMAN 1 Taruna Madani seolah-olah melabelkan para alumni yang kontra dengan label “pokoke”. “Seolah-olah kami tidak memiliki data apapun. Lha monggo kita adu data. Kita adu konsep. Tidak ujuk-ujuk seperti ini. Sebesar ini perubahan lembaganya, masak ndak ada kajian akademisnya,” tegas Muchlis sambil diiringi tepuk tangan yang riuh peserta yang hadir di Gedung Diponegoro Bangil itu.
Menurutnya, sebelum dilakukan sosialisasi, seharusnya ada kajian akademis terlebih dahulu. Itu untuk mengukur tingkat resistensi masyarakat. Sehingga bisa dilakukan polling atau yang lain. “Saya malah khawatir kata pokoke itu malah mereka yang memaksakan Taruna Madani berdiri,” cetusnya.
Muhlis yang juga aktivis LSM ini mencoba membandingkan dengan SMAN Taruna yang lain. Di Jawa Timur ada 4 sekolah Taruna yang sudah lebih dulu berdiri. Ada Taruna Angkasa (Madiun), Taruna Brawijaya (Kediri), Taruna Bhayangkara (Genteng-Banyuwangi) dan Taruna Nala (Malang).
Muhlis membuka data sementara. Mislanya, SMAN Nala di Malang. Dalam satu kecamatan, masih ada dua SMAN. Yakni SMAN 10 dan SMAN 6. Kemudian, SMAN Angkasa, masih ada SMAN 2. Lalu SMAN Taruna Bhayangkara di Banyuwangi, masih ada SMAN 1.
Kemudian di Kediri dengan nama SMAN 5 Taruna Brawijaya, malah ada 3 SMA. SMAN 1, SMAN dan SMAN 7. “Lha di Bangil ini hanya ada satu SMA. Itupun direbut siswa dari 4 sampai 5 kecamatan. Lha, kalau ndak diterima disini, terus mau kemana anak-anak kita,” tegasnya.
Alumnus SMANBA lainnya, Gomad juga ikut berbicara. Alumnus SMANBA Angkatan 2002 ini lebih banyak berbicara soal dasar hukum. Misalnya, soal pengembangan bela negara, kesamaptaan, sebenarnya SMAN yang ada sekarang ini juga bisa dilakukan.
“Dalam Permendikbud 36/2018 pasal 9 ayat 2 menyatakan Pemeirntah bisa menyelenggarakan SMA berbasis keunggulan lokal. Jadi mau bikin SMANBA dalam bentuk madani, monggo. Mau buat boarding school sendiri juga ndak masalah. Ndak harus dalam bentuk Taruna Madani. Kita banyak pondok disini. Saya kira bisa diajak kerjasama,” tegasnya.
Selanjutnya, Gomad juga menyitir pemberlakuan Perda 11 tahun 2017. Dalam perda itu menetapkan bahwa Jawa Timur wajib belajar 12 tahun. Berarti Pendidikan SMA harus dipastikan keberlangsungannya. “Dan satu hal lagi, ada Permendikbud 01/2021 aturan PPDB, tidak boleh diskriminatif. Yang boleh dibedakan hanya dua hal. Yaitu agama dan gender,” cetusnya.
Yang tak kalah serunya adalah statemen dari mantan presenter cantik, Rahma Sarita. Dia alumnus SMANBA yang lulus pada 1993. Presenter asal Bangil ini pernah tampil membawakan berita di beberapa televisi swasta dan pemerintah.
“Saya sempat kontak bu Khofifah (Gubernur). Soal perubahan SMAN Bangil ini. Kata Bu Khofifah itu sudah dibahas di rapat. Sudah dibahas selama 3 tahun begitu. Cuma bu Khofifah ndak menjelaskan rapatnya dengan siapa waktu itu. Yang jelas sudah dibahas selama 3 tahun. Cuma kalau sudah dibahas selama itu, kenapa banyak yang tidak tahu ya,” ujar Rahma.