Pasuruan (wartabromo.com) – Cincin menjadi salah satu atribut wajib yang harus ada dalam sebuah pernikahan. Pemasangannya pun tak boleh sembarangan dan selalu identik di jari manis.
Pernahkah Bolo berpikir kenapa cincin pernikahan harus dipasang di jari manis pasangan? Kenapa tidak di jari tengah, telunjuk, kelingking atau jempol saja?
Ternyata ini jawabnnya dinukil dari suara.com!
1. Jari Manis Punya Pembuluh Darah yang Langsung Mengalir ke Jantung
Berdasarkan cerita yang beredar, jari manis diyakini memiliki urat nadi yang terhubung langsung ke jantung sehingga hati kekasih akan terhubung dengan cincin yang dipakai pasangan. Kepercayaan ini muncul dari orang Romawi kuno yang menganggap Vena Amoris, atau surat cinta.
Hanya saja, menurut ilmu medis dan penelitian ilmiah, anggapan tentang urat nadi di jari manis langsung terhubung ke jantung tak dibenarkan. Pasalnya, secara anatomi modern semua jari memiliki koneksi ke jantung. Jadi tidak hanya jari manis yang terhubung.
2. Setiap Jari Punya Fungsi Sosial, Termasuk Jari Manis
Alasan kedua yang membuat cincin pernikahan dipakai di jari manis adalah karena jari manis memang difungsikan untuk itu. Ketetapan jari manis sebagai jari untuk dipakaikan cincin pernikahan mulanya muncul pada tahun 1549 di daerah Eropa.
Penetapan ini pada akhirnya menyebar ke seluruh dunia. Dan dipercaya sebagai hal sakral yang bisa menyebabkan malapetaka bilamana tak mengikuti ketetapan tersebut.
3. Jari Manis Punya Standar Diameter Terukur
Menurut ilmu anthropometri (studi tentang pengukuran tubuh dimensi manusia dari tulang, otot dan jaringan adiposa atau lemak), jari manis punya standar ketebalan atau besar yang bisa diukur.
Mungkin inilah sebabnya banyak orang percaya, jika seorang lelaki hendak melamar perempuan harus membeli cincin dan diukur dengan ibu jari atau kelingking untuk diberi pada si perempuan. Apabila pas, maka dikatakan keduanya berjodoh.
Entah benar atau tidak, faktanya hal-hal semacam ini dipercaya sebagian besar orang di seluruh dunia, termasuk Indonesia. Kalau kamu, percaya atau tidak, Bolo? (trj/may)