Pasuruan (WartaBromo.com) – Polemik yang muncul saat perubahan Lembaga SMAN 1 Bangil menjadi SMAN 1 Taruna Madani terus bergulir. Pihak alumni tetap mendesak agar SMAN 1 Bangil tetap eksis. Termasuk dalam penerimaan siswa baru nanti tetap mengutamakan warga Bangil dan sekitarnya.
Polemik ini kemudian dicarikan win-win solution. Salah satunya dengan tidak membuka SMAN 1 Taruna Madani secara total. Dari 432 siswa yang akan diterima, hanya separo yang akan diterima sebagai siswa SMAN 1 Taruna Madani.
Sementara, 216 siswa lainnya akan dibuka jalur reguler seperti yang biasa dilakukan di SMAN 1 Bangil selama ini. Berlaku system zonasi, dan siswa tidak harus tinggal di asrama.
Pernyataan ini muncul dari Kepala SMAN 1 Bangil, Imron Rosidi saat Podcast di studio Warta Bromo TV, Kamis petang (30/12). Podcast juga dihadiri perwakilan dari Ponpes Darul Lughah Waddakwa (Dalwa), Habib Zainal Abidin Bil Faqih. Dan alumni SMANBA, Muhammad Zaini.
Acara Podcast yang dipandu Muhammad Hidayat (GM Warta Bromo) ini berlangsung seru. Saling jawab dan melontarkan kritik juga terjadi. Apalagi, ketika dibuka sesi pendapat dari layer google meeting dari beberapa alumni. Ada Moh Sodiq dan juga Chairil Muhlis.
Imron menegaskan, jika dalam penerimaan siswa baru SMAN 1 Taruna Madani pada tahun ajaran 2022/2023 ini memakai dua jalur. Yakni, jalur Madani dan jalur reguler.
Untuk jalur Madani, maka calon siswa akan diberikan pembekalan lebih besar. Siswa akan tinggal di Asrama. Selain mendapatkan Kurikulum 2013, para siswa akan ditempa keilmuwan kesamaptaan dari TNI AL dan juga keagamaan yang dibimbing para ustad Pondok Pesantren.
“Peluang ini luar biasa yang diberikan Diknas Propinsi Jawa Timur kepada kita. Eman kalau lepas. Dan ini juga peluang buat masyarakat Bangil dan sekitarnya. Boleh juga masuk sebagai siswa SMAN 1 Taruna Madani. Saya yakin banyak juga masyarakat Bangil yang mampu dan menginginkan juga,” terang kepala sekolah yang sudah bergelar Doktor (S3) ini.
Namun, lanjut Imron, ketika warga Bangil dan sekitarnya, menginginkan untuk masuk reguler, juga masih ada kuota 50 persen. Dan berlaku sistem yang sama seperti penerimaan siswa baru SMANBA sebelumnya.
“Ini sebenarnya berat di kita. Kita mengajar ya Taruna juga reguler. Sebenarnya kalau mau saklek, kalau mau buka Taruna yang taruna semua. Tapi, ini kan Propinsi wadahi aspirasi masyarakat sekitar. Sehingga, tetap bisa menampung yang reguler separo lebih,” tegasnya.
Muh Zaini, alumni SMANBA lulusan 1992 masih belum puas dengan penjelasan tersebut. Pihaknya masih tetap menginginkan agar Penerimaan Peserta Didik Baru (PPDB) di SMAN 1 Taruna Madani sebisa mungkin ditunda. Sambil mempersiapkan segala hal yang belum siap sampai saat ini. Mulai asrama, fasilitas kolam renang, dan juga infrastruktur lainnya.
“Kalau saya menilai terkesan tergesa-gesa. Kami tidak menolak. Cuma timingnya tidak tepat. Sambil juga mempersiapkan yang belum tercukupi di tahun ini. Jadi saya harap jangan tahun ini,” tegas Zaini.
Selain itu, soal biaya Rp 2,5 juta per bulan yang akan dikenakan buat siswa SMAN 1 Taruna Madani, menurutnya sangat memberatkan orang tua. Ia mengusulkan agar dibuat formula seperti yang dilakukan kampus. Ada penerimaan mahasiswa dari jalur undangan, reguler atau mandiri. Tentu dengan biaya yang berbeda tergantung dari kemampuan siswa dan orang tua siswa.
“Saya kira, nilai Rp 2,5 itu terlalu mahal. Sebaiknya dikaji lagi,” tegas alumni yang juga Anggota Komisi 4 DPRD Kabupaten Pasuruan ini.
Statemen ini juga mendapat tanggapan dari Imron Rosidi dan Zainal Abidin. Menurut Imron, jka tidak dilakukan penerimaan pendaftaran Taruna Madani tahun 2022 besok, maka selama setahun sekolah tidak akan melakukan apapun.