Setrum PLN Jadikan Lahan Bawang Bersinar Terang, Petani Lebih Cuan

970

Bawang merah memang menjadi komoditi unggulan di wilayah Kabupaten Probolinggo. Bawang Probolinggo sudah dikenal masyarakat secara luas. Tidak hanya skala regional dan nasional. Namun juga pernah ekspor ke mancanegara. Mulai Thailand, Malaysia, Singapura dan negara lainnya.

Kepala Pasar Bawang Dringu, Sutaman Efendi mengaku pernah mengikuti kontes bawang di Batam pada 2019. Dalam sebuah acara “Misi Dagang” yang diikuti perwakilan bidang Pasar Disperindag se Jawa Timur.

Dari penilaian yang dilakukan panitia saat itu, bawang merah Probolinggo dinyatakan yang Terbaik se Jawa Timur. “Saat itu, bawang yang saya bawa menjadi rebutan peserta. Mereka borong semua. Kata mereka, bawang Probolinggo itu terkenal merahnya. Lalu rasanya lezat dan juga tahan lama. Bisa ditimbun 7 sampai 8 bulan,” tegas Sutaman.

Saat ini, lanjutnya, mulai muncul perkembangan di kalangan petani bawang. Yakni menanam Bawang Super. Penanaman bawang jenis ini sudah dilakukan petani Sumbersuko, Kecamatan Dringu. Bawangnya berukuran besar. Warnanya merah menyala dan rasanya lebih lezat.

PLN seolah mampu “menyetrum” petani bawang di Kabupaten Probolinggo. Pelan namun pasti. Sesuai data dari PLN UP3 Pasuruan, pada tahun 2020, jumlah pelanggan baru dari petani bawang di Kabupaten Probolinggo sudah mencapai 28 orang.

Sementara data dari Dinas Ketahanan Pangan dan Pertanian (DKPP) setempat menunjukkan, petani yang memiliki lahan (baru) untuk komoditi bawang merah mencapai 9.202 Ha. Jumlah lahan itu tersebar di beberapa wilayah. Kecamatan Dringu tercatat paling luas lahan bawangnya mencapai 3.064 Ha. Selanjutnya, di kecamatan Gending (1.677 Ha) dan Tegalsiwalan (1.559 Ha).

Selebihnya tersebar di beberapa kecamatan lain. Seperti Tongas, Sumberasih, Pajarakan, Maron dan Krejengan. Lalu, Kecamatan Kraksaan, Besuk, Paiton, Kotaanyar, Krucil, Banyuanyar, Bantaran dan Leces.

Kepala DKPP Kabupaten Probolinggo, Mahbub Zunaidi mengakui, jika area lahan pertanian bawang di wilayahnya semakin meluas. Saat ini, bukan hanya Kecamatan yang menjadi sentra bawang seperti Dringu atau Tegalsiwalayan. Namun sudah tersebar di beberapa Kecamatan lainnya.

“Kalau area lahan bawang sudah melampaui 9.000 hektar lebih. Petani sekarang punya kecenderungan berani mencoba. Karena mereka dilatih entrepreneur. Daerah Paiton itu selain tanam tembakau, sekarang juga bawang merah,” ujar Mahbub.

Soal penggunaan lampu buat petani bawang merah, Mahbub menegaskan jika lampu bisa mengurangi populasi hama yang menyerang tanaman. “Keper bisa menjauh dari tanaman. Tidak sampai bertelur atau jadi ulat grayah. Efesiensinya tentu bisa mengurangi penggunaan pestisida. Berkisar 30 persen untuk menekan biaya pestisida,” tegasnya.

Namun, dari sekian banyak lahan bawang tersebut, PLN baru “menyetrum” 28 pelanggan saja. Target yang akan dicapai pada 2021-2022, PLN dapat melistriki lahan pertanian bawang seluas 480 Ha. Dengan delta VA sebesar 197 kVA (KiloVolt Ampere). Sementara, penjualan kWh 98 GWh. Dan pendapatan tenaga listrik sebesar Rp 130 Juta.

Itu berarti target tersebut masih dibawah 10 persen (atau baru 5 persen) dari keseluruhan lahan yang dimiliki petani. Artinya, masih banyak peluang yang harus dituntaskan PLN UP3 Pasuruan. Tentuya, dibantu Unit Layanan Pelanggan (ULP) Probolinggo dan Kraksaan.

“Kebahagiaan kita apabila listrik mampu membuat orang lain bisa lebih sejahtera. PLN Pasuruan juga bertekad akan membantu petani dan sektor lain yang membutuhkan listrik untuk kehidupan yang lebih baik,” ujar Chaidar Syaifullah, Manager PLN UP3 Pasuruan.

Website with WhatsApp Message
Follow Official WhatsApp Channel WARTABROMO untuk mendapatkan update terkini berita di sekitar anda. Klik disini.