Pasuruan (WartaBromo.com)- Para punggawa panahan Kabupaten Pasuruan kembali bertaji. Kali ini, sebagian atletnya bisa bersuara di ajang turnamen skala Jawa Timur.
Dua atlet Perpani Kabupaten Pasuruan, Bethari dan Ahmad Zidan Anfaa berhasil merebut dua medali. Yakni, medali perak dan perunggu di ajang Fast Joyoboyo Archery Championship di Kediri, 16-19 Desember lalu.
Kejuaraan tersebut juga sebagai ajang pemanasan menjelang Pekan Olahraga Provinsi (Porprov), Juni/Juli 2022 mendatang. Hampir seluruh atlet panahan Porprov dari berbagai daerah Kota dan Kabupaten ambil bagian. Persaingan ketat diantara pemain juga sudah terlihat sejak awal laga.
Dari 10 atlet Porprov asal Kabupaten Pasuruan memang tidak semuanya diturunkan. Karena beberapa atlet ada yang kuliah luar daerah atau kesibukan lain. “Kami ingin menambah jam terbang para atlet. Alhamdulillah, hasilnya terus membaik,” ujar Hari Santoso, Ketua Perpani Kabupaten Pasuruan.
Sebenarnya, lanjut Hari, ada tiga atlet Perpani Kabupaten Pasuruan yang berpeluang mendapatkan mendali. Selain Bethari dan Ahmad Zidan Anfaa, ada juga Tata. Ketiga atlet ini berhasil masuk semifinal. Namun, sayang saat Tata yang turun di nomor Recuve sempat terjadi insiden. Klak! Busurnya patah. Padahal, saat itu, Tata sudah berancang-ancang shoot off dengan musuh yang tidak terlalu diunggulkan. “Ah! Patah, bu,” ujar Tata spontan.
Dramatis memang. Padahal, sebelum ajang semifinal digelar, kondisi Tata dan busurnya baik-baik saja. Dia hanya perlu menyelesaikan dua kali tembakan anak panah. “Namun, apa boleh dikata. Kita dibatasi waktu. Jadi, ndak memungkinkan untuk ganti busur yang lain. Sehingga, Tata harus mengalah dengan kepala tegak,” cetus Hari.
Cerita dramatis lainnya dialami Ahmad Zidan Anfaa. Zidan turun di nomor aduan Standar U-21 Nasional. Pada aduan pertama, siswa SMAN Bangil ini mampu melibas atlet asal Kediri, 6-0. Lalu, pada aduan kedua, menggusur atlet asal Pacitan, 7-1.
Pada aduan ketiga atau perempat final, Zidan sempat mendapat tantangan ketat dari atlet asal Sidoarjo. Skor kedua atlet sama kuar, 5-5. Lalu dilanjut dengan shoot off. Namun, nilainya pun sama, 7-7. Sehingga, wasit pun menentukan dari nilai tembakan itu yang terdekat dengan tanda X. Ternyata, Zidan dinyatakan sebagai pemenangnya. “Yes,” gumamnya.
Cerita dramatis Zidan tidak hanya disitu. Langkah Zidan ke semifinal harus dihentikan oleh rivalnya asal Sidoarjo dengan skor 0-6. Sehingga Zidan pun berjuang untuk perebutan tempat ketiga untuk meraih perunggu.
Saat itu, Zidan bertanding melawan atlet asal Ponorogo. Skor di awal-awal laga, sama kuat. Pertama Zidan meraih 2-0 (dengan skor 27-24). Namun dibalas lawannya, dengan skor 23-28. Lalu, di sesi ketiga, Zidan menang lagi dengan poin 4-2 (skor 28-25). Namun dibalas lagi, sehingga poin menjadi imbang 4-4 (skor 24-26).
Penentuan Zidan sebagai juara ketiga (peraih medali perunggu) ditentukan pada tembakan terakhir. Saat itu, atlet lawan sudah meraih skor 25. Sementara, Zidan meraih skor 16. Dia masih menyisakan satu anak panah terakhir. “Waduh, dag dig dug rasanya Pak,” ujar Riadi, ofisial tim Perpani Kabupaten Pasuruan.
Itu berarti, satu anak panah Zidan ini harus menembus lingkaran kuning. Target pas di tengah atau di angka 10. Jika Zidan mendapat angka 8 atau dibawahnya dalam tembakan terakhir, maka lepaslah Perunggu itu. Kalau pas angka 9, maka skor menjadi imbang. Sama kuat 25-25. Maka akan dilakukan shoot off. Namun, jika angka 10, maka Zidan berhasil unggul satu poin. Atau unggul sangat tipis atas rivalnya dengan skor 6-4 (atau 26-25).