BMKG Ungkap “Tanda-tanda” Sebelum Gempa 5,1 Malang

2724

Malang (WartaBromo.com) – Gempa berkekuatan 5,1 Magnitudo mengguncang Malang pada Jumat (22/10/2021). Sebelum terjadinya gempa, Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) ternyata telah menangkap rekaman anomali (penyimpangan) magnet bumi.

Hal ini diungkap oleh Hendra Suwarta Suprihatin, Koordinator Bidang Geofisika Potensial dan Tanda Wakt dan Tim Prekursor Gempa Bumi BMKG. 

“Sebelum terjadinya gempa bumi tanggal 22 Oktober 2021 pukul 09:21:15, M5.1 di Jawa Timur, didahului adanya rekaman anomali magnet bumi di stasiun pengamatan (sensor magnet bumi) di Tretes, Jawa Timur pada tanggal 4 Oktober 2021 pukul 19.00 WIB,” jelasnya dalam keterangan tertulis.

Hasil rekaman pada 4 Oktober itu kemudian dianalisis keesokan harinya. Data precursor kemudian didapatkan dan menghasilkan parameter sebagai berikut:

  • Rentang Waktu akan terjadi gempa bumi: 04 Oktober 2021 s.d 3 November 2021
  • Magnitudo akan terjadi gempabumi: 5.2 ± 0.2
  • Area duga aktif (area prakiraan pusat gempa bumi): Jawa Timur hingga Selatan JawaTimur
  • Prakiraan dampak dari gempa bumi : dirasakan di Blitar, Malang, dan beberapa kota di Jawa Timur.

Hendra mengatakan, analisa yang didapatkan oleh BMKG pada 5 Oktober lalu ini tepat. Gempa terjadi pada 22 Oktober lalu, dengan rentang waktu 18 hari pasca adanya anomali magnet bumi. 

“Area duga aktif atau lokasi prediksi akan terjadi gempa bumi, rentang waktu terjadinya gempa bumi dan magnitudo gempa bumi pada kejadian gempa bumi tersebut di atas sesuai atau tepat,” tegasnya.

Hendra kemudian menjelaskan, gempa bumi ini tidak hanya diikuti kejadian seismik dan tektonik, namun elektromagnetik. Nah fenomena elektromagnetik inilah yang dijadikan metode analisis dalam penentuan tanda akan terjadi gempa.

Indonesia sendiri telah melakukan kajian prekursor atau sebut saja tanda-tanda gempa bumi dengan metode magnet bumi sejak 2014 lalu.

Medan magnet bumi ini berasal dari inti bumi. Penghitungan magnet bumi baik secara manual atau digital saat gempa sebelumnya, dijadikan parameter untuk mengetahui tanda-tanda gempa berikutnya. Apabila tidak sesuai nilai standarnya, maka disebut ada anomali magnet bumi.

Penggunaan ini mengasilkan prakiraan gempa bumi, dengan mendapatkan kapan gempa bumi terjadi (biasanya range waktu 1-30 hari setelah anomali magnet bumi). Kemudian pusat gempa bumi hingga seberapa besarr kekuatan gempa bumi.

“Metode dan forrmula pengolahan dananalisis ini masih terus dikembangkan dan juga menambah jumlah peralatan serta meningkattkan akurasi ketepatannya,” tutupnya. (may/ono)

 

Website with WhatsApp Message
Follow Official WhatsApp Channel WARTABROMO untuk mendapatkan update terkini berita di sekitar anda. Klik disini.