Krejengan (WartaBromo) – Pelajar Nahdlatul Ulama (NU) di Kecamatan Krejengan, Kabupaten Probolinggo bersemangat mengaji jurnalistik bersama wartabromo.com pada Senin, 18 Oktober 2021. Selain ilmu jurnalistik, mereka juga dibekali pengetahuan tentang kearifan bermedia sosial.
Kepala Biro wartabromo.com di Probolinggo, Sundari Adi Wardhana menjadi salah satu narasumber di acara yang dihelat oleh PAC IPNU-IPPNU Kecamatan Krejengan itu. Ia pun menjelaskan pekerjaan yang ia lakoni untuk membuat konten digital. Seperti video spot atau kejadian, video berita umum, dan video liputan khusus untuk wartabromo.com.
Tak lupa, ia membagikan video hasil karyanya bersama tim. Supaya generasi muda NU ini, dapat secara langsung memahami peran video jurnalistik. “Ada tiga kesatuan penting dalam menggarap video jurnalistik,” sebut pria yang aktif di PC GP Ansor Kota Kraksaan itu.
Yaitu video yaitu story, audio, dan visual. Ketiga elemen tersebut merupakan kesatuan penting dalam menggarap video jurnalistik. Cerita yang menarik, kualitas audio yang baik, dan kaidah-kaidah pengambilan gambar, akan menghasilkan karya bagus.
Lebih lanjut, Kang Nisun begitu ia dipanggil, menjelaskan video jurnalistik dengan video dokumentasi. Video jurnalistik memiliki nilai berita, narasumber, pendapat ahli, konfirmasi, verifikasi, data, sehingga dimuat dalam suatu media. Proses itu, tak luput dari 5W1H, yaitu What, Where, Why, Who, When, dan How.
Setiap video jurnalistik pasti memiliki tujuan. Yakni pemenuhan nilai berita baru (pertama kali informasi diketahui), besaran suatu peristiwa, dan relevansi berita. Kemudian aktual (ketepatan waktu informasi), keunggulan informasi, kejanggalan informasi, dampak, konflik, ketokohan, dan kemanusiaan.
Hal itu, tentunya berbeda dengan video dokumentasi. Video dokumentasi sebenarnya sudah umum bagi anak muda yang sering bermain fitur Instagram Stories atau aplikasi TikTok.
Dipaparkan juga tentang teknik pengambilan gambar. Serta teknik pergerakan dasar dalam diangkat, adalah cerita relawan vaksin yang terus berjuang hingga saat ini,” lanjut mantan pegiat IPNU dan PMII itu.
Terkait hoaks vaksin, Aipda Ivan Dwi AS, anggota Satbinmas Polres Probolinggo mengakui, cukup marak terjadi di Kabupaten Probolinggo. Bahkan berita bohong tersebut juga terjadi di seantero nusantara. Seperti vaksin berisi racun, vaksin tak halal, vaksin tak aman, jika divaksin akan mati, dan lain sebagainya.
“Banyak sekali kabar bohong itu di media sosial. Cek dulu di media massa mainstream, jika benar baru disebar ulang, jika bohong atau hoaks, jangan disebar,” sebut Aipda Ivan.
“Termasuk jangan terpancing dengan judul-judul yang heboh. Faktanya, judul yang heboh terkadang tidak sama isinya. Maka pelajar itu harus menjadi smart nitizen, cerdas dan cermat dalam menyaring berita yang didapat. Agar terhindar dari jeratan UU ITE,” lanjut pria asal Tuban tersebut.
Ia juga mengajak pelajar NU untuk menyukseskan vaksinasi. Sebagaimana dicontohkan oleh banyak kiai NU yang sudah menjalani vaksinasi. Faktanya, kesehatan para kiai ini, tetap sehat pasca divaksin.
“Vaksin itu, salah satu ikhtiar untuk membentuk kekebalan kelompok (herd immunity). Insyaallah, penularan Covid-19 dapat dikendalikan,” kata mantan anggota Humas Polres Probolinggo itu.
“Di era digital ini, pelajar NU tentunya harus mengambil peran dalam membangun literasi digital. Salah satunya dengan menulis yang baik dan benar. Termasuk juga memproduksi foto dan video sebagai sarana perjuangan,” kata ketua panitia Muhammad Syaifurridzal.