Laporan: Amal Taufik
DULU orang-orang sering “mengejek”-nya karena setiap hari hanya main game. Padahal Mukhamad Khudori (30) tidak sekadar “main” game. Mereka tidak tahu, bahwa dari situlah Khudori meraup dolar setiap bulannya.
“Ya dulu sering dibilang, ‘sudah tua kok main game’,” seloroh warga Desa Sumberdawesari, Kecamatan Grati, Kabupaten Pasuruan itu kepada WartaBromo, Minggu (17/10/2021).
Untuk diketahui, streamer game adalah orang yang merekam diri mereka sendiri saat bermain game dan menayangkannya langsung kepada penonton secara online.
Khudori memilih Facebook sebagai platform live streaming. Game yang dimainkannya pun boleh dibilang game sederhana, tidak ribet, yakni game simulator bus, truk, dan pesawat terbang.
“Awalnya waktu itu gara-gara istri saya hamil. Daripada saya kelayapan, lebih baik anteng main game di rumah. Tidak kepikiran waktu itu bisa dapat duit,” ujarnya.
Salah satu sudut rumahnya kini telah ditata sedemikian rupa sebagai ruang kerjanya. Dinding ruangan itu dipasang green screen. Dua komputer dan satu laptop di atas meja. Lalu ada juga webcam dan microphone clip on yang dipakai untuk berinteraksi dengan penonton.
Ketika sedang live atau siaran langsung, ia berpenampilan laiknya pengemudi kendaraan yang ia mainkan. Seumpama bus, ia akan berpenampilan seperti sopir bus. Seumpama pesawat terbang, ia akan berpenampilan laiknya pilot.
Sebenarnya sehari-hari Khudori tak hanya menjadi streamer game. Ia juga memiliki toko kelontong di Pasar Sumberdawesari. Setiap pagi ia berjualan di pasar sampai pukul 12.00 WIB, baru setelah itu pulang dan menyapa penontonnya di Facebook.
Ia mengaku mulai rutin live streaming game di Facebook sejak bulan Desember tahun 2020. Karena rutin, penontonnya pun makin hari makin banyak dan selanjutnya mulai ada yang mampir ke tayangannya.
“Niat awalnya iseng untuk mendongkrak channel Youtube saya. Eh ternyata jodoh di Facebook,” akunya.
Iklan yang masuk tayangannya nilainya puluhan hingga ratusan dolar. Dan sekarang nilai iklan yang didapatnya jika dikalkulasikan semua mencapai puluhan juta. Namun uang tersebut, kata Khudori, tak dapat dicairkan.
“Karena sudah kontrak dengan Facebook. Saya digaji Facebook setiap bulan. Mirip pegawai gitu-lah. Kalau misalnya tidak kontrak, mungkin bisa dicairkan,” katanya.
Menurut Khudori, menjadi streamer game profesional di Facebook seperti dirinya tidak serta merta langsung diterima. Ia harus mendaftar terlebih dahulu ke agensi dan nantinya akan ada asesmen atau semacam ujian dari pihak Facebook.
Ketika mengikuti asesmen itu, ada target-target yang harus dicapai seperti jumlah penonton saat live minimal seribu, durasi live streaming, dan jumlah minimal pengikut halaman.
Asesmen itu sekaligus untuk menentukan nantinya masuk kelas apa. Khudori menyebut ada pengelompokan kelas-kelas bagi streamer game di Facebook. Namanya tier 1 hingga tier 4. Tier 1 adalah yang paling bawah, sementara tier 4 paling atas.
Ketika mengikuti asesmen, Khudori punya target bisa masuk tier 1 atau tier 2. Waktu itu ia bernadzar, jika lolos dan masuk tier 1, ia akan mengundang hadrah ke rumahnya. Lalu jika lolos dan masuk tier 2, ia akan mengajak warga sekitar rumahnya wisata ziarah wali gratis.
“Ternyata lolos dan masuk tier 2. Ya sudah saya langsung sewa bus. Ziarah wali gratis sama orang-orang,” ujarnya lalu terkekeh.
Sejak kontrak dengan Facebook pada bulan Juli 2021 lalu, Khudori memiliki target yang harus dipenuhi tiap bulan di antaranya, durasi live selama satu bulan harus 120 jam, lalu watch hour rate (WHR) penonton 30 ribu jam, lalu jumlah penonton setiap live, dan beberapa lainnya.