Adaptasi KAI saat Pandemi dan Haru Biru Dot Bayi

2432

1. Menunjukkan kartu vaksin minimal vaksinasi Covid-19 dosis pertama. Bagi pelanggan dengan kondisi kesehatan khusus atau penyakit komorbid yang menyebabkan tidak dapat menerima vaksin, wajib melampirkan surat keterangan dokter dari rumah sakit pemerintah yang menyatakan bahwa yang bersangkutan belum dan/atau tidak dapat mengikuti vaksinasi Covid-19.

2. Menunjukkan surat keterangan hasil negatif tes RT-PCR maksimal 2×24 jam atau Rapid Test Antigen maksimal 1×24 jam sebelum jadwal keberangkatan.

3. Pelanggan usia di bawah 12 tahun untuk sementara waktu tidak diperkenankan melakukan perjalanan.

Syarat perjalanan menggunakan KA Lokal:

1. Hanya berlaku bagi pekerja di Sektor Esensial dan Sektor Kritikal yang dibuktikan dengan STRP atau Surat Keterangan lainnya yang dikeluarkan oleh Pemerintah Daerah setempat atau Surat Tugas dari pimpinan perusahaan.

2. Pelanggan tidak diwajibkan untuk menunjukkan kartu vaksin dan surat keterangan hasil negatif tes RT-PCR atau Rapid Test Antigen. Namun akan dilakukan pemeriksaan Rapid Test Antigen secara acak kepada para pelanggan di stasiun.

“Syarat menggunakan KA Jarak Jauh dan KA Lokal sejauh ini masih tetap belum ada perubahan. Namun, kami siap mengikuti jika ada perubahan ketentuan dari pemerintah,” ujar Joni.

Lebih Aman dan Nyaman

Dwi Prasetyo (26), seorang calon advokat asal Ngunut, Tulungagung mengungkapkan pengalamannya menggunakan moda transportasi kereta api untuk keperluannya di Surabaya. Dwi, sapaanya, rutin menggunakan kereta api Dhoho kala pulang dari Surabaya, atau berangkat dari Ngunut ke perantauan.

Akan tetapi, pandemi sedikit banyak mengubah kebiasaannya tersebut. Terutama saat penerapan PPKM Darurat dan PPKM Level 4-2 di Jawa Bali. Kereta lokal yang biasanya digunakan Dwi untuk mobilitas sementara tidak ada. Sehingga ia harus menggunakan moda transportasi lain untuk pulang atau balik ke Surabaya.

“Padahal kalau pakai kereta lebih mudah, murah dan aman,” kata Dwi, Minggu (5/9).

Dwi membeberkan, selama pandemi, KAI disebut sebagai moda transportasi darat paling aman. Pasalnya, syarat untuk menumpang jyga ketat, baik dari protokol kesehatan, hingga tes antigen. Untuk KA lokal yang sering ia gunakan, memang tidak perlu tes swab, melainkan hanya menggunakan protokol kesehatan ketat dan berlengan panjang.

Selain itu, menurut Dwi, dengan menggunakan kereta api ia bisa menghemat waktu dan uang. Misal, Dwi yang kini ngekos di sekitar Stasiun Gubeng, bisa dengan mudah menjangkau stasiun dan pulang dengan nyaman sampai Ngunut. Pun rumahnya juga tak jauh dari stasiun Ngunut.

“Kalau pakai bus, saya harus ke Terminal Bungurasih yang jaraknya juga cukup jauh, itu sudah biaya. Dari Terminal Bungurasih ke Terminal Tulungagung Rp 30 ribu, itu belum dari Tulungagung ke Ngunut, oper lagi saya. Kalau kereta cukup Rp 15 ribu sudah sampai Ngunut,” beber Dwi.

Apalagi, kata Dwi, dengan jadwal yang pasti membuatnya bisa merencanakan kepulangan dan keberangkatan. “Sehingga lebih efektif,” tambahnya.

Sebagai pelanggan kereta api, Dwi menyelipkan saran bagi KAI. Penggunaan teknologi digital dalam pemesanan tiket, menurut Dwi sudah sangat bagus. Apalagi di tengah pandemi, hal itu dimaksudkan untuk meminimalisir kerumunan dan pertemuan. Meski demikian, tetap harus ada penyesuaian pelayanan loket di stasiun.

“Untuk melayani calon pelanggan yang masih butuh adaptasi dengan teknologi. Sehingga bisa lebih menjangkau seluruh lapisan masyarakat,” ucapnya.

Sementara itu, Dwi berharap agar PT KAI segera mengoperasikan KA Lokal, baik Dhoho yang ia gunakan untuk pulang atau pergi, maupun KA lokal lain. Ia menilai, sudah terjadi tren penurunan kasus Covid-19.

Website with WhatsApp Message
Follow Official WhatsApp Channel WARTABROMO untuk mendapatkan update terkini berita di sekitar anda. Klik disini.