Internet dari Desa, oleh Desa, untuk Desa

4630

Warga harus lebih dulu diberi edukasi cara membuat dan mengemas produk, dan sembari itu desa melakukan pemetaan pasar untuk memperkirakan produk apa yang bisa diserap pasar. Produk itulah yang nantinya dipasarkan dan di-branding dengan mengoptimalkan platform digital, yakni melalui marketplace, website, sosial media, bahkan aplikasi.

Dan untuk melakukan proses identifikasi hingga menciptakan dan memasarkan produk ini, Pemkab Pasuruan dinilai harus turut intervensi. Ini karena, kata Bagus, pemkab memiliki cukup sumber daya untuk memberikan dukungan kepada desa.

“Saya beri contoh di Kabupaten Banyuwangi. Pemerintah daerah melakukan intervensi dengan memberikan pelatihan kepada warga yang tinggal di dekat destinasi wisata bagaimana mengelola homestay, kemudian mengajarkan digital marketing, lalu cara membuat produk dan mempromosikannya,” kata Bagus.

Baca Juga :   Adaptasi, Kunci Survive Hadapi Pandemi

Ia menepis anggapan jika desa disebut tak memiliki potensi. Menurutnya, desa selalu memiliki karakter dan potensi masing-masing. Hanya tinggal bagaimana melakukan identifikasi dan kajian itu dilakukan. Ia memberi gambaran beberapa desa di Jawa Timur yang sukses mengkreasikan sesuatu hingga menjadikannya berkembang, seperti Desa Ledokombo di Kabupaten Jember yang kini memiliki acara festival egrang setiap tahun, lalu di Kota Malang ada kampung warna-warni.

“Karena basisnya yaitu jaringan internet, desa sudah punya sendiri. Harganya pun murah. Tinggal bagaimana sekarang agar desa tak hanya menjual internet, tapi berkembang ke yang lainnya dengan memanfaatkan internet itu,” pungkasnya. (asd)

Website with WhatsApp Message
Follow Official WhatsApp Channel WARTABROMO untuk mendapatkan update terkini berita di sekitar anda. Klik disini.