Kraksaan (WartaBromo) – Mobilitas warga saat PPKM Darurat di Kabupaten Probolinggo masih tinggi. Tujuh jalan utama di Kota Kraksaan pun ditutup oleh Dinas Perhubungan (Dishub) setempat pada Selasa, 13 Juli 2021, guna membatasi aktivitas warga.
Tujuh jalan utama itu yakni Jalan S. Parman mulai dari pertigaan Jalan Panglima Sudirman hingga perempatan Desa Bulu. Begitu juga dengan Jalan Imam Bonjol di Kelurahan Sidomukti hingga perempatan Desa Bulu.
Kemudian Jalan Ahmad Yani dekat Bank Jatim dan Sasana Krida. Pertelon Jalan Panglima Sudirman dengan Jalan Juanda menuju kampung Arab di Kelurahan Patokan. Juga Jalan Dokter Moh. Saleh di Desa Sumberlele mulai dari depan pos polisi hingga perempatan selatan Samsat Kraksaan.
“Termasuk Jalan Rengganis, yang merupakan akses di sekitar Alun-alun Kraksaan menuju Jalan Panglima Sudirman. Akses SL Park juga kami tutup juga. Karena dua tempat ini biasanya menjadi tempat kerumunan,” kata Plt Kadishub Kabupaten Probolinggo, Tatok Krismarhento.
Penutupan jalan tersebut bertujuan untuk mengurangi aktivitas warga di luar rumah selama PPKM Darurat. Berdasarkan pantauan, Kabupaten Probolinggo masuk dalam zona Hitam penurunan mobilitas warga. Artinya selama PPKM Darurat dilaksanakan, mobilitas warga hanya turun sekitar 10 persen saja.
Padahal pelaksanaan PPKM Darurat bertujuan menurunkan mobilitas warga. Demi mencegah penularan Covid-19 yang terus meningkat.
“Ternyata masih banyak warga yang keluar rumah, meski sebenarnya urusannya tidak penting, bahkan ada yang tujuannya hanya untuk nongkrong. Makanya, kami tutup jalannya,” tegas ia.
Wilayah yang memiliki penurunan mobilitas lebih dari 20% dianggap mampu melaksanakan PPKM secara efektif. Persentase tersebut masuk ke dalam zona kuning hingga zona hijau. Sedangkan wilayah dengan penurunan mobilitas dibawah 20% akan masuk dalam zona merah, bahkan dibawah 10% masuk zona hitam.
Tatok menyebut sebagai Ibukota Kabupaten Probolinggo, Kota Kraksaan berperan sentral sebagai pusat perdagangan dan pemerintahan. Sehingga mobilitas warga sangat tinggi, baik dari luar maupun yang menuju Kraksaan. Sehingga perlu penutupan jalan-jalan utama.
“Semua akses jalan yang ditutup itu ada di ibukotanya, karena biasanya ibukota ini memang menjadi pusat kegiatan masyarakat. Mobilitas warga di luar rumah masih tinggi. Harapannya mobilitas warga menurun, Covid-19 terkendali,” sebut Sekretaris Dishub itu.
Adanya penutupan jalan itu, dapat meningkatkan kesadaran masyarakat untuk terus mematuhi imbauan pemerintah. Dengan mengurangi aktivitas di luar rumah selama penerapan PPKM darurat. Kecuali memang mempunyai kepentingan yang mendesak.
“Bisa jadi ruas jalannya kami tambah, jika tidak ada penurunan aktivitas. Kami tutup sampai PPKM Darurat berakhir, setelah itu kami buka lagi,” tegas penyuka fotografi itu.
Tetapi penutupan jalan itu dikeluhkan warga, karena berdampak pada penurunan penghasilan. Seperti yang diungkapkan Mashudi, tukang tambal ban di Jalan Juanda. Sebab, secara otomatis hal tersebut membuat usahanya mati atau tidak bisa mendapatkan pelanggan.
“Ditutup juga sudah tambal bannya, karena sudah tidak ada yang lewat. Tambah bingung cari rezeki, bantuan tidak dapat. Satu-satunya jalan kalau mau tetap hidup, harus berhutang sudah,” keluhnya. (cho/saw)