Probolinggo (WartaBromo.com) – Berstatus sebagai mantan kepala desa (kades) tak menjamin kemenangan dalam pilkades serentak Kabupaten Probolinggo. Sebanyak 30 mantan Kades tumbang salam gelaran yang dilaksanakan pada Minggu, 2 Mei 2021.
Dalam kontestasi demokrasi tingkat desa ini, ada 53 mantan kades yang kembali ikut bertarung pada pilkades yang digelar serentak di 62 desa kali ini. Dari 53, tercatat 23 orang kembali terpilih menjadi kepala desa. Hal itu, berdasar hitung cepat tim relawan pemantau Pilkades Bakesbangpol Kabupaten Probolinggo, hingga pukul 21.00 WIB.
“Keterpilihan mantan kades pun hanya sekitar 43 persen. Mantan kades yang gagal terpilih kembali adalah suatu hal yang wajar. Keputusan itu sepenuhnya ada di tangan rakyat selaku pemilih dan pemilik suara,” kata Ugas Irwanto, Kepala Bakesbangpol Kabupaten Probolinggo.
Perihal mantan kades tidak terpilih bisa dilihat di 3 desa wilayah Kecamatan Kraksaan. Dua mantan kades Alas Sumur Kulon, yakni Heri dan Bambang Sutrisno, tumbang di tangan Suhut. Begitu juga di Desa Kandang Jati Wetan, Abdul Gozali dan Arif Razak dikalahkan oleh seorang perempuan bernama Luluk. Hal serupa juga terjadi di Desa Kalibuntu, Baidawi selaku mantan kades menyerah di tangan Choirul Umam.
Tak hanya di Kecamatan Kraksaan, beberapa kecamatan juga terjadi hal serupa. Di Desa Tamansari, Kecamatan Dringu, Misnawi (mantan kades) ternyata harus takluk oleh Sutadji. Sedianya Sutadji merupakan mantan kades periode sebelum Misnawi. Berikutnya ada juga Kades Bulujaran Lor, Joyo Utomo yang harus mengakui keunggulan telak Poniman, pendatang baru.
“Kinerja kepala desa yang baik semasa menjabat, akan berbanding lurus dengan perolehan suara dalam pilkades. Jika biasa saja atau dianggap tidak memberikan kontribusi signifikan pada kesejahteraan warganya, boleh jadi warga akan memilih calon lainnya,” papar Ugas.
Pria kelahiran Situbondo itu mengatakan, politik uang (money politics) terbilang tak lagi banyak berpengaruh pada perolehan suara. Menurutnya, saat ini banyak pemilih yang cerdas dan cermat menggunakan hak suaranya. Uang Rp100 – Rp500 ribu, akan diukur dengan keinginan warga, yakni pembangunan desa yang bagus dalam 6 tahun mendatang.
“Toh politik uang juga tidak terlalu berdampak banyak pada pilkades saat ini. Banyak yang hanya ambil uangnya, tetapi tidak mencoblos sesuai dengan arahan. Karena sudah pintar, mereka cenderung memilih dengan hati nurani mereka,” ujarnya.
Dari 62 kepala desa terpilih, terekam 5 perempuan mampu mengungguli kaum adam. “Pada pilkades kali ini, ada 21 perempuan yang ikut berpartisipasi. Tetapi memang tidak banyak yang terpilih, ada yang hanya sekadar berpartisipasi saja,” tandas Wakil Ketua/Koordinator Satgas Pengamanan Pilkades Serentak 2021 itu. (saw/ono)