Pasuruan (WartaBromo.com) – Sebagian besar manusia, diungkapkan tak pandai bersyukur atas nikmat yang diberikan Allah SWT. Tak heran, dalam doa sering meminta dilebihkan kenikmatan hidup di dunia.
Padahal, Nabi Muhammad SAW mengajarkan umatnya untuk senantiasa bersyukur. Baik dalam keadaan susah maupun senang, sebab Allah SWT lebih menyukai hamba-Nya yang pandai bersyukur.
Sayangnya, kebanyakan manusia tak pandai bersyukur atas apa yang dimiliki. Kebanyakan cenderung meminta nikmat berupa kekayaan dunia bisa dilebihkan, dengan dalih agar bisa lancar bersedekah di antaranya.
“Ini seperti kisah Tsa’labah bin Haatib yang hidup di zaman Rasulullah, ia sangat fakir sehingga pakaian untuk salat saja harus bergantian dengan istrinya,” kata Kiai Faisal Amrullah saat membuka tausiyah di program Ngalim.
Ia menceritakan sosok Tsa’labah yang pada suatu ketika bertemu dengan Nabi Muhammad SAW. Pada kesempatan itu, ia minta didoakan agar Allah SWT memberinya kekayaan yang melimpah.
“Tapi Rasulullah menolak dengan jawaban yang bijak: ‘Wahai Tsa’labah, sedikit tetapi kamu mampu untuk mensyukuri itu lebih baik, daripada banyak tetapi kamu tidak mampu untuk bersyukur’,” tuturnya.
Meski sempat mendapat penolakan, Tsa’labah tak patah semangat meminta doa pada Nabi. Setiap hari seusai salat berjemaah dengan Rasul, ia selalu minta didoakan.
Sampai suatu ketika, Tsa’labah menyatakan sumpah di depan nabi. Ia berkata: “Andaikan Allah memberikan kekayaan kepadaku, niscaya akan kuberikan hak-haknya”.
“Mendengar itu, Nabi kemudian mengangkat kedua tangannya dan berdoa pada Allah SWT dan setelah Nabi menurunkan tangannya, Tsa’labah berjalan pulang,” ujar Kiai Faisal.
Allah SWT langsung mengabulkan doa Nabi Muhammad SAW. Di tengah perjalanan pulang, Tsa’labah dicegah oleh seseorang yang membawa kambing dan diberikannya pada Tsa’labah.
Singkat cerita, Tsa’labah memeliharanya dan dalam hitungan tahun mampu menghasilkan ratusan ekor kambing. Kehidupannya menjadi kaya raya seperti yang diminta.
Sayangnya, setelah mendapat kekayaan, Tsa’labah tak lagi salat berjemaah di masjid bersama Nabi. Perubahan ini segera dirasakan oleh Nabi Muhammad SAW.
Hingga, Nabi mengutus salah satu sahabatnya untuk meminta Tsa’labah mengeluarkan zakat, setelah mengetahui kondisi Tsa’labah. Namun, Tsa’labah menolaknya. Penolakan ini lantas membuat Allah SWT murka dan menurunkan firman-Nya dalam surah At-Taubah ayat 75-77.
Isinya adalah sindiran kepada orang-orang yang ingkar janji setelah mendapatkan kekayaan. Rasulullah kemudian menyampaikan firman ini kepada para sahabatnya dan kemudian terdengar oleh Tsa’labah.
Mengetahui itu Tsa’labah segera menemui Rasulullah SAW dan memohon agar zakatnya diterima. Sayangnya, Rasulullah tak mampu memenuhi keinginannya. Tsa’labah sangat menyesal hingga menaburi kepalanya dengan tanah sampai sakaratul maut menjemputnya.
“Nah, inilah kekayaan yang membawa kehancuran. Oleh karena itu dari cerita ini, mari kita syukuri apapun yang diberikan Allah pada kita dan jangan sekali-kali mengharapkan suatu yang lebih demi menjalankan satu kebaikan,” tandas Kiai Faisol menutup tausiyahnya. (trj/ono)