Kanigaran (wartabromo.com) – Kekerasan pada jurnalis Tempo di Surabaya, memantik kemarahan jurnalis Probolinggo raya. Dalam aksi damai di simpang tiga Sumber Hidup, jurnalis Probolinggo hadiahkan batu nisan pada polisi.
Aksi dimulai dari basecamp jurnalis, di Museum Probolinggo. Sekitar 50 jurnalis Probolinggo Raya, kemudian melakukan long march ke simpang tiga Sumber Hidup. Di sepanjang jalan, korlap aksi tak hentinya menyuarakan stop kekerasan pada insan pers.
Faktanya, dalam kurun waktu sekitar tiga pekan, dua kali kekerasan pada awak media terjadi. Pertama di alami jurnalis JTV Situbondo, saat meliput kegiatan Menteri Kelautan dan Perikanan. Lalu aksi penganiayaan dan penyekapan pada jurnalis Tempo Surabaya, Nurhadi, yang baru-baru ini terjadi.
“Aksi ini merupakan bentuk solidaritas kami pada rekan sejawat, sesama jurnalis. Karena memang kekerasan pada kami (jurnalis), tidak seharusnya terjadi,” kata Korlap Aksi, Rhomadona, Selasa (30/3/2021).
Dalam orasinya, ada dua hal yang disampaikan oleh jurnalis Probolinggo raya. Antara lain mendesak polisi untuk mengusut kasus penganiayaan dan kekerasan pada jurnalis Tempo di Surabaya.
“Jangan kemudian hanya diusut sampai pelakunya saja. Tapi sampai ke akar-akarnya, kalau memang ada aktor intelektual di belakang peristiwa itu, harus diungkap juga,” tegas lelaki yang akrab disapa Dona ini.
Desakan itu bukan tanpa alasan. Sejauh ini, atas kasus kekerasan pada jurnalis yang sudah terjadi, memang hanya berhenti pada tersangka pelaku pemukulan atau penganiayaan saja. Tidak sampai ada yang tembus ke actor intelektual di belakangnya.
Selain itu, jurnalis Probolinggo Raya juga berharap, kejadian serupa tidak terjadi kembali. Baik di wilayah Probolinggo, maupun di seluruh Indonesia.
Aksi diakhiri dengan penghadiahan batu nisan pada polisi yang bertugas mengamankan jalannya aksi damai itu. Sebagai bentuk keprihatinan atas kekerasan pada insan pers. Sekaligus sebagai simbol agar kejadian serupa tidak terulang kembali. (lai/saw/ono)