Tegal Siwalan (wartabromo.com) – M. Saleh selaku Kepala Desa Banjarsawah, Kecamatan Tegalsiwalan, Kabupaten Probolinggo menolak rapid tes antigen bagi warganya. Sikap itu ditunjukkan karena kabar rapid massal telah meresahkan warganya.
Penolakan itu disampaikan dalam video berdurasi 2 menit 4 detik. Dari video yang diterima wartabromo.com, tampak Kades M. Saleh memakai baju batik warna gelap. Ia didampingi 8 perangkat desa yang berdiri rapat di samping kepala desa. Semuanya memakai masker.
“Assalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh, terkait pemeriksaan rapid antigen di masyarakat, ini ada kabar, bahwa petugas akan turun ke desa untuk memeriksa masyarakat,” begitu ia memulai videonya dalam Bahasa Indonesia bercampur Bahasa Madura.
Pada detik ke-40, dua perangkat desa lainnya bergabung di belakang Saleh. Satu perangkat di kiri Saleh tak menggunakan masker. Sementara yang berada di sisi kanan, memakai masker tapi hanya di dagu saja.
“Sampai hari ini saya tidak mengizinkan petugas siapapun untuk turun ke masyarakat untuk melakukan rapid antigen atau okeran elong (Bahasa Madura). Ini tidak ada perintah dari desa, dan saya menolak. Desa itu menolak ke rumah-rumah untuk melakukan rapid antigen, okeran elong. Tidak ada perintah dari ke petugas,” ucapnya dengan lantang.
Ia menegaskan akan turun langsung menolak petugas. Saleh juga meminta warganya langsung menelepon dirinya jika ada petugas rapid. “Dalam 24 jam saya tidak kemana-mana, tetap siap di desa melindungi masyarakat Desa Banjarsawah,” kata Kades Saleh dalam videonya.
Dalam video itu juga, Kades Saleh meminta masyarakat untuk menjalankan protokol kesehatan: memakai masker saat beraktivitas, baik saat bekerja maupun bepergian. Dengan begitu, menurutnya warga bisa terhindar dari rapid tes antigen yang tengah digalakkan oleh pemerintah daerah.
Ia meminta warganya untuk tetap beraktivitas seperti biasanya. “Harus pakai masker, ikuti protokol kesehatan. Tetap pakai masker, jangan dikaitkan di bawah. Kalau mau minum buka dulu,” anjurnya.
Saleh mengatakan penolakan itu, dilakukan karena isu rapid tes antigen di desa membuat warga resah. Di mana masyarakat bingung dan takut, sehingga enggan beraktivitas dengan normal. (saw/ono)
Simak videonya: