Pasuruan (WartaBromo.com) – Komplotan sindikat pemalsu benih jagung merek BISI-18 berhasil dibongkar Polres Pasuruan. Modus operandi yang dijalankan pelaku pun tergolong rapi.
Kapolres Pasuruan, AKBP. Rofiq Ripto Himawan mengungkapkan, aksi itu dilakukan pelaku dengan membeli benih jagung dari berbagai varian merek kualitas biasa.
“Benih dengan kualitas biasa itu dibeli seharga Rp 8-12 ribu di pasaran. Lalu, dicampur jadi satu untuk dikemas ulang dengan merek BISI-18,” terang Kapolres.
Dari benih di pasaran yang dibeli dengan harga Rp 8-12 ribu itu, selanjutnya di jual dengan harga Rp 37 ribu hingga Rp 42. 500 setiap kilogramnya. Padahal, untuk benih asli buatan PT. BISI Internasional, setiap kilonya dihargai Rp. 75 ribu.
“Mereka jual lagi dengan kemasan BISI-18 ukuran 1 kg yang sudah dipalsu sehingga mirip asli. Bayangkan berapa keuntungan yang didapatkan pelaku,” imbuh Rofiq.
Sindikat pemalsuan benih jagung ini melakukan tindakannya dengan rapi, terstruktur dan sistematis. Hal ini diketahui dari barang bukti yang berhasil diamankan kepolisian.
Dari alat pembuat kemasan palsu seperti mesin jahit, mesin sablon, mesin pengemas otomatis, dan mesin penggulung. Sekaligus bahan-bahan mulai dari cat, silinder plastik, roll bungkus plastik, sak, hingga hologram.
“Untuk hologram, mereka sampai memesan bahan khusus hologram dari China agar menyerupai kemasan aslinya. Ini juga mesin pencetak, mesin jahitnya dan bahan-bahannya,” ungkap Rofiq sembari menunjukkan mesin yang digunakan tersangka membuat kemasan palsu.
Lebih lanjut, Rofiq menyebut bahwa benih palsu tersebut telah didistribusikan ke seluruh Indonesia. Termasuk di wilayah hukum Polres Pasuruan. Salah satu kios yang menjual benih palsu tersebut adalah kios milik Khusaeri di Desa Raci, Kecamatan Bangil.
Perwira dengan dua mawar di pundaknya ini mengatakan, saat ini pihaknya masih menelusuri lokasi sebaran benih palsu tersebut. Sebab, ada puluhan ton benih palsu yang terlanjur diedarkan.
“Benih palsu yang beredar di masyarakat 50 ton. Dan yang berhasil kami amankan 38 ton. Dan itu pasti sangat merugika petani,” pungkasnya. (oel/asd)