“Alhamdulillah produksi batik pewarna alami saya semakin bagus,” sebutnya.
Ia menambahkan jika dirinya tertarik untuk menggeluti batik pewarna alami karena ramah lingkungan. Selain itu, bahan-bahan yang dibutuhkan juga mudah didapat. Biaya yang dibutuhkan juga tidak sebesar dari pembuatan batik pewarna sintetis.
“Saya biasanya nyari dedaunan yang ada di pinggir rumah, gratis tidak perlu beli. Meski proses pembuatannya agak panjang, namun pengerjaanya lebih mudah dari pewarna sintetis,” kata pemilik IKM Batik Pancor Emas, Desa Bucor Kulon, Kecamatan Pakuniran itu.
“Melalui pelatihan-pelatihan yang telah saya dapatkan, selanjutnya saya ingin mengembangkan batik pewarna alami ini dengan memanfaatkan insting saya sendiri. Tentunya, akan saya sesuaikan dengan tren batik saat ini,” tandas Nisak, panggilannya.
Isu ramah lingkungan hidup yang digaungkan oleh perajin batik selaras dengan program hijau CSR PT PJB UP Paiton. Sebanyak 22 anggota APBBA ajak untuk studi banding ke Rumah Batik Komar Bandung. Belajar tentang pengolahan limbah industri batik agar tak mencemari lingkungan sekitarnya.
“Kami belajar tata cara pengolahan limbah. Bagaimana membuang air sisa produksi supaua aman bagi lingkungan, tidak mencemari tanah, air maupun udara. Karena selain memproduksi batik pewarna alami, batik pewarna sintetis tetap berjalan. Pangsa pasarnya berbeda,” kata Mahrus.
Sementara itu, Plt Kepala Disperindag Kabupaten Probolinggo, Taufik Alami mengaku sejauh ini perkembangan batik di Kabupaten Probolinggo sangat luar biasa. Menjadi salah satu sektor yang mampu bertahan di tengah pelemahan ekonomi akibat pandemi korona. Mampu beradaptasi dengan perkembangan teknologi dan kebiasaan baru di masyarakat.
“Ini tidak lepas dari peran CSR Perusahaan, yaitu PT PJB UP Paiton. Tentunya kami sangat berterima kasih. Ini wujud kepedulian perusahaan dalam pemberdayaan masyarakat. Alhamdulillah, batik Kabupaten Probolinggo menjadi salah satu unggulan di Jawa Timur,” sebut mantan Camat Gading itu.
Seiring adaptasi kebiasaan baru, pasar batik pun mulai menggeliat. APBBA juga terus mengingat anggotanya untuk tetap menerapkan protokol kesehatan. Baik ketika proses produksi yang melibatkan karyawan, maupun ketika berinteraksi dengan konsumen. Meski penjualan pada saat ini, mengandalkan penjualan online.
“Protokol kesehatan wajib dilaksanakan. Karyawan kami haruskan pakai masker dan jaga jarak. Meski order yang datang ke kami kebanyakan via online. Paling tidak upaya itu meningkatkan kepercayaan konsumen, bahwa barang yang mereka terima aman,” tandas ayah 3 anak itu.
Di tahun ini, APBBA juga menandatangani nota kesepahaman dengan PT PJB UP Paiton dan Diskop UKM Kabupaten Probolinggo. Untuk mendirikan koperasi di Balai Latihan Kerja (BLK) di Kelurahan Sidomukti, Kraksaan.
Selain berbentuk koperasi permodalan, juga akan menjadi showroom batik Probolinggo. Serta pusat penjualan bahan baku batik, agar perajin Probolinggo tak perlu belanja ke Solo, Jogyakarta dan Pekalongan.
(saw/**)