Pasuruan (Wartabromo.com) – Persoalan Kota Pasuruan sedikit demi sedikit terkuak ke permukaan. Yang paling kelihatan adalah masalah opini BPK RI yang diterima Kota Pasuruan selama dua tahun berturut-turut; Wajar Dengan Pengecualian (WDP).
Opini ini sepintas hanya biasa. Namun, konsekuensinya sungguh bisa dirasakan masyarakat Kota Pasuruan. Salah satunya, dana insentif miliaran rupiah yang seharusnya digelontorkan pemerintah pusat, akhirnya disetop.
“Ada apa dengan tata kelola keuangan pemerintah Kota Pasuruan. Sehingga kita kembali mendapatkan WDP. Dana insentif ratusan miliar yang seharusnya bisa digulirkan pusat dari sektor kesehatan, infrastruktur, dan yang lain dan ini berpengaruh kepada kesejahteraan masyarakat menjadi tersendat. Disetop pemerintah pusat,” ujar Adi Wibowo, calon wakil walikota saat menyapa warga Mandaran Kecamatan Panggungrejo, Rabu malam (21/10).
Adi yang pernah bekerja di Bappenas dan BPK RI ini merasa tertantang untuk mengembalikan tata kelola keuangan yang baik untuk Kota Pasuruan. Sebagai orang yang bergelut di bidang perencanaan dan keuangan di pusat punya harapan untuk mengembalikan status keuangan Kota Pasuruan.
“Bersama Gus Ipul, saya ingin mengembalikan status dari WDP menjadi WTP. Kalau ini bisa tercapai, maka kepercayaan pemerintah pusat, provinsi, dan lapisan masyarakat Pasuruan bisa kembali pulih,” tegasnya.
Pria yang kuliah di kampus negeri (S1 Unej dan S2 UI) ini, menilai indeks kesejahteraan masyarakat Kota Pasuruan lumayan jauh dibanding dengan daerah lain. Ia bisa membuktikan hal itu dengan data-data riil. Ia mencontohkan Kota Blitar yang meraih penghargaan dari Gubernur Jatim karena mampu mempertahankan WTP sampai 10 kali. Dan tentu itu berkorelasi dengan penerimaan daerah, tata kelola pemerintahan serta tata kelola keuangan yang baik.
“Kalau kondisi ini dibiarkan terus, mau jadi apa Kota Pasuruan ini. Jawabannya hanya satu, perubahan. Dan perubahan itu harus dimulai hari ini. Mulai dengan memilih pemimpin yang punya konsep perubahan ke arah yang lebih baik pada 9 Desember mendatang,” tandasnya.
Di depan masyarakat, Adi Wibowo juga mengenalkan istrinya, Suryani Firdaus. Hal ini agar masyarakat juga menilai istrinya memberikan dukungan penuh kepada dirinya. “Ada tiga faktor pengungkit program Gus Ipul-Mas Adi.
Pertama, revitalisasi alun-alun. Kedua, revitalisasi kawasan pantai (pelabuhan) dan ketiga revitalisasi sarana kesehatan mulai rumah sakit atau sarana kesehatan lainnya,” cetusnya.
Setelah menyapa masyarakat, Adi merayakan Ulang Tahun ke-56 Partai Golkar di kantor DPD Partai Golkar. Adi pun menerima potongan tumpeng pertama dari Ketua DPD, HM Toyib.
“Ibarat usia manusia, usia 56 itu sudah cukup matang. Kita semua tahu, kiprah Partai Golkar mulai orde lama, orde baru, sampai orde reformasi tetap berpihak pada rakyat. Sesuai tagline; Kesehatan pulih, ekonomi bangkit, pilkada menang” tegas Adi.
Yang menarik lagi, kunjungan Adi ke Mandaran juga didampingi Pudjo Basuki. Tokoh masyarakat yang dikenal dengan Promeg ini kembali menyapa warga. Setelah sempat berorasi di Kelurahan Kepel, malam kemarin orasi di Mandaran.
“Saya hampir 10 tahun tidak pernah ketemu masyarakat Mandaran. Saya terima kasih banyak bisa bertemu panjenengan semua,” tegas Pudjo mengawali orasi.
Dulu, lanjutnya, ketika dirinya menjadi wakil wali kota bersama wali kota Aminurrokhman pada tahun 2000, pasangan ini masih dipilih 30 anggota DPRD Kota Pasuruan. Namun, sejak 2005, 2010, 2015, dan saat ini, 2020, pemilihan bisa dilakukan rakyat secara langsung.
“Ini sudah yang keempat kali, rakyat punya hak dan menghendaki pemilihan langsung. Itu berarti kedaulatan dan kekuasaan yang menentukan rakyat,” tegasnya.
Pudjo menegaskan saat ini masyarakat Kota Pasuruan harus punya mind set (pemahaman) yang sama. Punya kekuatan yang sama. Menurutnya, Pasuruan sudah dikenal sebagai kota santri. “Nek Kota Santri yo ndak ono maneh. Yo kudu sing nyekel Gus. Sinten Gus. Puteranya kiai. Dudu sing ndak jelas (Kalau kota santri ya ndak ada lagi. Ya yang memegang harus gus. Siapa Gus. Anaknya kiai. Bukan orang yang ndak jelas),” ujarnya diselingi bahasa Jawa.
Kalau kita sudah yakin, lanjut Pudjo, maka kita ajak yang se-kasur (suami/istri). Terus yang se-dapur (anak dan keluarga). Se-sumur (para tetangga) dan se-profesi atau satu pekerjaan. “Semua harus punya pengertian yang sama. Pokok Patok Bangkrong. Apa-apakno Gus Ipul-Mas Adi. Wis wayahe (sudah saatnya),” tegasnya. (day/*)