Pasuruan (Wartabromo.com) – Sinopsis lanjutan dari lomba videografi kiriman peserta lebih variatif. Jika sebelumnya lebih banyak didominasi sub tema tentang keluarga anti money politics, kini sub tema yang diambil peserta lebih banyak pilihan.
Ada yang mengambil tema Pemimpin Berkualitas. Ada juga yang bertema; Aku Siap Menjadi Pengawas Partisipatif. Itu berarti, lomba yang digagas Bawaslu Kota Pasuruan bekerjasama dengan Warta Bromo benar-benar dipahami peserta. Mereka antusias dengan mengambil angle berbeda-beda.
Seperti yang dikirimkan peserta bernama Alfis Syahril Akbar dan Satrio Sanggano. Tim ini mengangkat judul video: Nom-noman Ribut Pilkada. Dengan mengambil sub tema: Pemimpin Berkualitas.
Alfis dan Satrio menyajikan cerita dalam videonya cukup sederhana. Namun dengan kualitas visual yang lumayan nendang. Dengan memakai latar kantin sekolah.
Cerita singkatnya; ada dua siswa membahas soal pilkada yang akan dihelat sebentar lagi. Seorang siswa lainnya dengan serius bermain game. Namun kedua siswa tersebut berbeda pilihan dan berdebat. Sehingga suasana menjadi gaduh. Hingga seorang siswi datang menanyakan perihal keributan yang terjadi.
Dia pun memberikan pencerahan dan penjelasan, bahwa dalam memilih seorang pemimpin itu harus mempunyai pribadi yang berkualitas, anti money politik demi dapatkan jabatan. Karena dengan memilih yang berkualitas akan membawa daerah tersebut ke arah yang lebih baik dan semakin maju. Video diakhiri dengan saling bermaafan.
Sinopsis selanjutnya berasal dari video kiriman Mukhamad Thoriqul Huda dan Panca Sukma. Tim ini membuat judul video: Kilas Keluh. Dengan sub tema: Aku Siap Menjadi Pengawas Partisipatif.
Videografi ini mengambil waktu subuh. Diceritakan dalam video tersebut, ada seorang istri yang ‘sambatan’ kepada sang suami yang berprofesi sebagai tukang pijet. Sang istri sambat karena persediaan beras tinggal sedikit. Dia malu karena terlalu sering minta beras kepada menantunya.
Sedangkan di tengah pandemi seperti saat ini jarang ada orang yang ‘pijet’.
Sang suami pun hanya bisa geleng-geleng kepala meratapi nasib. Hingga putranya yang berusia remaja terbangun.
Namun sambil ngomel-ngomel setelah lihat postingan di media sosial yang penuh pembahasan soal corona dan pilwali. sang ibu pun menghampiri dan mengatakan bahwa meski pandemi namun kita harus tetap berpartisipasi. Memilih pemimpin yang berkualitas dan mendatangi TPS dengan menerapkan protokol kesehatan.
Di akhir video, remaja tersebut disuruh untuk mandi serta mempersiapkan diri untuk salat subuh.
Kemudian, kiriman video selanjutnya dari Akh. Rusdi Kurniawan dan Putra Aji Pamungkas. Tim ini mengambil sub tema: Keluarga Anti Money Politics.
Dalam video itu diceritakan, ada seorang pemuda pendukung salah satu paslon diinstruksikan untuk membagi-bagikan sejumlah uang suap ke warga. Kemudian masuk ke salah satu rumah warga yang kebetulan lagi kesulitan finansial imbas pandemi.
Hingga datanglah seorang ustadz yang kemudian memberikan tausiyah bahwa pengedar dan penerima uang suap kelak di akhirat kedua tangannya akan dipotong oleh Malaikat. Pemuda yang diinstruksikan untuk membagikan uang suap itupun akhirnya sadar dan berniat mengembalikan semua uang haram itu.
Selanjutnya, video dari Izun Nadiah. Ia mengirimkan video berjudul: Bang Ucup Anti Money Politik. Dengan sub tema: Keluarga Anti Money Politics.
Sinopsisnya; Bang Ucup adalah seorang petugas Linmas. Saat pandemi seperti inipun dirinya menganggur dan kesulitan finansial. Hingga datanglah tetangga dan memberinya uang dengan instruksi harus memilih paslon tertentu.
Namun meski sang istri menyuruh mengambil uang tersebut, Bang Ucup kekeh menolaknya dengan halus dan menyuruh tetangga tersebut menikmati secangkir kopi yang baru dibuatkan oleh istri Bang Ucup. Tak diduga Bang Ucup dan tetangganya mengucapkan kata yang sama dan berbarengan yaitu ‘Pait’.
Karena emang waktu sang istri membuatkan kopi, gula di dapur sedang kosong. Lho….
Tim lain yang mengirim video adalah Ainul Yaqin, Tri dan Firdan. Sub tema yang dikirimkan: Keluarga Anti Money Politic.
Dalam video itu diceritakan, seorang pemuda sedang melamun diteras sambil minum kopi. Sembari menikmati suasana sore hari. Hingga datang temannya dan merekapun ngobrol. Di antara obrolan itu, ada yang bertanya pemilu mau milih siapa? Namun karena bersifat pribadi, diapun tidak mau memberi tahu.
Temannya pun kemudian mengeluarkan sebuah amplop dari tasnya dan memberikan kepadanya. Namun dia tolak. Karena prinsipnya yang kuat, bahwa meski calon yang akan dipilihnya tidak memberi uang, dia tetap akan memilihnya.