Pasuruan (WartaBromo.com) – Petani mangga alpukat di Kecamatan Rembang maupun Kecamatan Sukorejo, Kabupaten Pasuruan mulai panen raya. Hanya saja, produktivitas mangga musim ini menurun sampai 40% bila dibanding musim lalu.
Salah satu petani mangga di Desa Wonokerto, Kecamatan Sukorejo, Sugiono mengatakan, menurunnya produktivitas mangga di musim ini disebabkan oleh dua faktor, yakni cuaca dan dampak pandemi Covid-19.
“Terasa sekali menurunnya produktivitas mangga di musim ini. Sampai 40 persen kalau dibanding musim mangga tahun kemarin, jauh sekali,” kata Sugiono, saat ditemui di kebun mangga miliknya, Kamis (15/10/2020).
Dijelaskannya, faktor cuaca sangat berpengaruh terhadap perkembangan buah yang terkenal dengan aroma dan warnanya ini. Apabila musim kemarau, mangga akan dapat berbuah sampai besar dan banyak. Sebaliknya, apabila datang musim penghujan, secara otomatis membawa lalat buah yang bisa merusak kualitas buah mangga.
“Sekarang sudah mulai hujan, saya dan petani mangga lainnya sudah ketir-ketir. Karena bisa mendatangkan lalat buah. Kalau sudah seperti itu, biaya perawatan mangga bisa melonjak tajam. Tapi kalau kemarau, mangga akan berkembang sangat bagus,” jelasnya.
Selain cuaca, Pandemi Covid-19 yang berkepanjangan juga sangat berpengaruh terhadap biaya perawatan maupun bantuan yang datang dari pemerintah.
Menurut Sugiono, biaya perawatan pohon mangga mengalami peningkatan cukup ekstra. Sedangkan bantuan yang biasanya digulirkan oleh pemerintah, kini dialihkan untuk kebutuhan penanganan penyebaran virus corona.
“Sama seperti manusia. Pohon mangga juga butuh makan. Nah karena bantuan juga sudah dialihkan, maka petani harus swadaya sendiri. Kalau hanya mengandalkan bantuan, ya risikonya pada produktivitas mangga yang jelas menurun karena pohonnya tak dipupuk,” ungkap kades yang masih berusia 35 tahun itu.
Dengan menurunnya produktivitas mangga, ia dan petani lainnya harus pintar-pintar dalam memutar otak. Hal itu penting dilakukan, mengingat mangga hanya akan berbuah satu atau dua kali dalam satu tahun.
“Jadi selama musim mangga, ya harus benar-benar pintar dalam memanage-nya. Karena setelah musim selesai, kebutuhan hidup selama setahun harus diperhitungkan. Kalau tidak ya bisa kocar-kacir,” akunya.
Seperti diketahui, di Desa Wonokerto terdapat 300 hektare lahan kebun mangga yang dipunyai warga. Kata Sugiono, selain dijual langsung ke pembeli, para petani mangga juga ada yang menjualnya melalui pengepul atau pembimbing petani. Utamanya pengepul yang sudah memiliki pelanggan hingga luar kota.
“80% dari jumlah penduduk di Wonokerto berprofesi sebagai petani mangga alpukat,” tutupnya. (mil/ono)