Beragam peristiwa kami sajikan pada 30 Agustus 2020 melalui laman media online wartabromo. Ragam berita menarik kini kami rangkum untuk kembali anda baca dalam koran online edisi Senin (31/08/2020). Mulai Demi Susu Anak, Pria asal Paiton Nekat Curi Burung hingga Menagih Penyelesaian Umbulan Park yang “Mangkrak”:
- Demi Susu Anak, Pria asal Paiton Nekat Curi Burung
Kraksaan (wartabromo.com) – Demi membeli susu anaknya, ZH (33) warga Desa Kalikajar Wetan, Kecamatan Paiton, Kabupaten Probolinggo nekat mencuri burung. Ia pun ditangkap anggota Polsek Kraksaan.
ZH mencuri burung cucak hijau dan burung kenari milik Angga (28) warga Kelurahan Kraksaan Wetan, Kecamatan Kraksaan. Burung itu dijual ke pedagang burung di Desa Randumerak, Kecamatan Paiton senilai Rp450 ribu. Uangnya lantas dibelikan susu formula untuk anaknya yang berusia 11 bulan. Simak Selengkapnya.
- Duet Wasik-Syihab Pimpin NU Kraksaan
Wasik Hannan – KH. Syihabuddin Sholeh terpilih secara aklamasi, memimpin NU Kraksaan 5 tahun ke depan.
Wasik Hannan, terpilih secara aklamasi sebagai Rois Syuriah PCNU Kota Kraksaan. Saat pelaksanaan Konfercab ke-30 PCNU Kraksaan di Pondok HATI Toroyan, Desa Rangkang, Kecamatan Kraksaan pada Minggu, 30 Agustus 2020. Aklamasi juga terjadi ketika pemilihan ketua tanfidziyah. Di mana nama KH. Syihabuddin Sholeh, muncul sebagai satu-satu nama calon ketua. Simak Selengkapnya.
- Menagih Penyelesaian Umbulan Park yang “Mangkrak”
Pasuruan (WartaBromo.com) – Dibangun sebagai kompensasi megaproyek SPAM kepada Pemerintah Desa (Pemdes) Umbulan, fasilitas umum Umbulan Park tak kunjung selesai.
Bahkan, fasilitas yang dibangun di atas lahan sekitar 2 hektare itu terkesan ‘mangkrak’. Tidak ada aktivitas lanjutan untuk meneruskan proyek itu. Simak Selengkapnya.
- Mengunjungi Pesantren Mandiri Energi di Pasuruan
SEKILAS, Pondok Pesantren (Ponpes) Al Faqihiyah yang berada di Dusun Grogolan, Desa Sumberglagah, Kecamatan Rembang, Kabupaten Pasuruan, tampak biasa saja. Ia terlihat seperti pesantren kebanyakan yang ada di desa-desa. Bahkan mungkin lebih sederhana.
Tapi, di balik tampilannya yang ‘biasa’ itu, pesantren yang memiliki puluhan santri ini justru menyimpan keistimewaan. Sebab, pesantren ini mampu memenuhi kebutuhan energinya secara mandiri alias mandiri energi berkat biogas. Simak Selengkapnya.
- Ulang Alik Jawa dan Islam di Masa Kolonial
SEBAGAIMANA orang Jawa hari ini memahami Sastra Jawa Tradisional sebagai sebuah karya adiluhung, tinggi dan kuno, mereka lantas menganggap Sastra Jawa Tradisional sebagai sesuatu yang tak tersentuh.
Ketaktersentuhan ini berakar pada pandangan terhadap Sastra Jawa Tradisional sebagai “tradisi” yang tidak akan bisa dikenali kembali oleh generasi Jawa hari ini. Simak Selengkapnya.