Kampung Binaan PT Pertamina Gas
Sidoarjo (Wartabromo.com) – Kondisi pandemi Covid-19 membuat masyarakat Kampung Ikan Asap di Desa Penatarsewu, Sidoarjo berpikir kreatif. Masyarakat ini menghasilkan peluang bisnis baru. Kampung binaan PT Pertamina Gas afiliasi PT PGN Tbk dan PT Pertamina (Persero) yang terkenal dengan produksi ikan asap dan Resto Apung-nya ini, kini tengah membudidayakan maggot dari BSF (Black Soldier Fly).
Konsep zero waste (bebas sampah) dikembangkan oleh masyarakat Penatarsewu dengan memanfaatkan sisa sampah perut ikan dari hasil produksi ikan asap mereka. “Selain itu, bisa jadi alternatif pakan ikan di tambak,” ujar Jupri Untung, Ketua Kelompok Swadaya Masyarakat Pengolahan Sampah, Rabu (1/7).
Selama ini, kata Jupri, para perajin ikan asap belum optimal memanfaatkan sisa sampah perut ikan yang mereka hasilkan. Beberapa sisa limbah sebatas dimanfaatkan untuk pakan ikan lele. Padahal, sebagian besar petambak di Desa Penatarsewu justru membudidayakan ikan mujair yang tidak bisa diberi pakan sampah sisa perut ikan. “Karena itu muncul ide untuk membudidayakan BSF, karena bisa untuk campuran pakan ikan mujair,” jelasnya.
Selain itu, limbah sisa dari Resto Apung Seba selama ini juga belum dioptimalkan. KSM Pengolahan Sampah yang sama-sama berada dibawah naungan BUMDES Sewu Barokah pun berinisiatif menggandeng kelompok pengelola resto untuk memanfaatkan sisa sampah dari Resto. “Mereka mengolah ikan juga, dan sampah organiknya bisa kita manfaatkan juga untuk budidaya maggot BSF,” paparnya.
Didampingi oleh Pertamina Gas dan bekerjasama dengan Komunitas Koloni BSF Jambangan dari Surabaya, KSM Pengelola Sampah yang beranggotakan 7 orang ini mulai membangun kandang budidaya BSF sejak April lalu.
Saat ini, proses pembangunan kandang telah selesai. KSM Pengelolaan Sampah Penatar Sewu optimistis pihaknya mampu berkontribusi terhadap peningkatan pendapatan desa dari bisnis yang akan dikelolanya.
”InsyaAllah bisa berhasil. Biar kampung kami bebas sampah khususnya dari sisi produksi ikan,” ujarnya.
Saat ini, kandang budidaya maggot BSF yang dibangun KSM Pengelolaan Sampah mampu menampung 30 kg sampah per minggu. Bahkan, sudah ada kelompok petambak ikan mujair yang siap menyerap hasil maggot yang akan diproduksi. Yaitu Kelompok Tambak Lestari.
“Dari hasil perhitungan kami, pemanfaatan maggot BSF untuk campuran pakan ikan ini akan mengurangi biaya satu siklus panen hingga Rp 8 jutaan,” ujar Ketua BUMDes Sewu Barokah, Abdul Arif.
Di sisi lain, penjualan maggot BSF ini nanti diharapkan bisa memberi tambahan pendapatan seluruh anggota kelompok dibawah naungan BUMDes. “Kalau seminggu bisa menghasilan 30 kg maggot, kita bisa ada tambahan hingga Rp 1,8 juta sebulan,” harapnya. (day/*)