Proses Pra-Pengembangan Program
Pemerintah menunjuk perusahaan dan lab universitas pemenang tender untuk merekrut personil seperti teknisi IoT, full–stack developer dan peneliti geografis. Beberapa personil tersebut akan bertanggung jawab pada proses pengambangan alat hingga siap untuk didistribusikan dan melakukan manajemen dataset (penelitian dan data logging).
Pemerintah akan melakukan diseminasi implementasi program kepada masyarakat via media baik elektronik maupun cetak. Setelah diseminasi, pemerintah mendistribusikan alat yang disertai panduan penggunaan, baik berupa teknis maupun berbagai hal yang berkaitan dengan analisis pemanfaatan tanah/lahan kosong (tegalan/pekarangan).
Kemudian akan dilakukan penugasan kepada mahasiswa dari berbagai jurusan sebagai aktor untuk menjalankan program sebagai pengganti dari Kuliah Kerja Nyata (KKN). Dalam hal ini, mahasiswa dibantu pemangku adat/desa karang taruna yang ditunjuk sebagai SATGAS untuk mengkoordinasi jalannya program.
Proses Implementasi Program
Implementaasi dilakukan dengan menggunakan perangkat dengan sensor terintegrasi untuk analisis pemanfaatan berdasarkan karakteristik lahan di tiap titik sampel tanah. Adapun komponen alat mencakup Arduino microcontroller, BLE (Bluetooth) module, micro SD slot module, baterai 4000 mAh, switch ON/OFF, dan 5 jenis sensor (sensor kelembaban tanah & udara, sensor suhu tanah & udara, sensor pH tanah, dan sensor intensitas cahaya) sebagai variabel penentu decision making & mapping yang dilengkapi aplikasi berbasis Android untuk terhubung dengan sistem big-data terpusat. Bersambung ke hal 2.
Untuk memangkas anggaran dana yang besar, alat akan dikirimkan di setiap kecamatan di seluruh wilayah Indonesia secara bergiliran. Konektivitas internet dibutuhkan agar data mentah analisis sensor dapat diolah di server melalui perantara aplikasi PEKARANGAN pada smartphone berbasis Android yang memanfaatkan AI untuk melakukan data match-making pada big-data pusat dalam menentukan kategori tanah yang dideteksi, jenis komoditas yang dapat dibudidayakan serta melihat tingkat kesuburan lahan untuk mengetahui keberlanjutan proses produksi melalui data variabel yang didapat.
Guna mengantisipasi daerah yang belum terjangkau koneksi internet, sensor juga dilengkapi fitur ekspor data via SD card yang dapat diimpor dan dikirimkan ke daerah atau pemerintah daerah yang memiliki jangkauan akses internet lebih stabil. Dengan adanya aplikasi untuk langsung merekomendasikan “what to grow and what to produce”, pemerintah tak perlu khawatir akan sulitnya menggunakan sistem ini.
Hasil rekomendasi dari tiap desa akan dijadikan bahan konsiderasi pemerintah daerah untuk mempersiapkan dana talangan sebagai modal awal dan diteruskan ke pemerintah pusat untuk melakukan mapping lahan potensial untuk segera mengalokasikan anggaran dan bantuan non tunai (stok bibit tanaman toga, tanaman produksi jangka pendek, utilitas tanam seperti pupuk, hingga bibit ikan atau unggas), disertai modul implementasi pemanfaatan tanah.
Dana juga dibantu dengan alokasi dana desa yang belum terpakai, serta fitur “crowdfunding mapping” dari kalangan donor masyarakat. Berikut adalah contoh terbatas matchmaking data antara hasil analisis sensor dengan pengolahan AI aplikasi serta big-data:
Komoditas Defisit | Kondisi lahan | Komoditas yang mampu dikembangkan Pada Titik |
Gula pasir (tebu) | Paparan cahaya 5 jam dengan PH 6.5 | Bunga stevia (300 kali manis tebu) |
Sumber protein, terutama telur ayam | Kondisi tanah tidak subur. Tetapi memiliki suhu rentang 27- 31°C | Budidaya ikan lele, burung puyuh. |
Tanaman herbal/TOGA | Paparan cahaya 6 jam dengan PH 7 | Temulawak, Jahe, Kunyit, Serai. |