Gending (wartabromo.com) – Mulyadi, warga Desa Pesisir, Kecamatan Gending, Kabupaten Probolinggo menuduh Jumari, tetangganya, mempunyai ilmu hitam. Tuduhan itu didasarkan mimpi dan tebakan dukun yang sempat didatanginya.
“Betul, telah terjadi persoalan tuduhan ilmu hitam antara dua warga saya. Untuk itu, kami mediasi di kantor desa bersama aparat kepolisian dan TNI untuk menyelesaikan duduk perkaranya,” kata Sanemo, Kepala Desa Pesisir, Selasa, 19 Mei 2020.
Ceritanya, Mulyadi yang berusia 53 tahun ini, baru saja ditinggal mati oleh Hasanah, istrinya. Sebelum meninggal dunia pada 2 hari yang lalu, Hasanah sering bermimpi didatangi Jumari. Saking seringnya bermimpi, Hasanah kerap menyebut nama pria berusia setengah abad itu, dalam tidurnya.
Kecurigaan terhadap Jumari semakin tebal di otak Mulyadi, setelah ia mendatangi dukun di salah satu wilayah. “Isu itu mulai memanas setelah Hasanah meninggal dunia. Katanya sebelum meninggal, ia kerap kali didatangi Jumari dalam mimpinya,” tutur Sanemo.
Kabar tak sedap itu, akhirnya sampai ke telinga Jumari. Sehingga yang bersangkutan datang ke rumah kepala desa, untuk meminta pendapat. Apalagi Jumari termasuk orang baru di desa tersebut. Terhitung masih sekitar 6 bulan, pindah dariĀ Desa Wonorejo, Kecamatan MaronĀ ke Desa Pesisir.
Menyikapinya, Pemerintah Desa Pesisir bersama Bhabimkamtimbas dan Babinsa Pesisir memediasi keduanya.
Kedua belah pihak pun menyadari dan membuat surat pernyataan untuk berdamai. Sehingga persoalan itu dianggap selesai dan tidak dilanjutkan lagi.
“Maklum namanya orang awam, sehingga langsung percaya begitu saja, akan tetapi semua sudah selesai. Ini sudah ke 6 kalinya terjadi selama saya jadi Kepala Desa,” tandas Kades Pesisir 2 periode itu.
Jumari sendiri mengaku heran dengan tuduhan tak masuk akal tersebut. Ia mengaku tak memiliki ilmu hitam. Ia tidak bisa membaca dan menulis huruf. Sejak kecil dirinya buta huruf, hanya kenal nominal uang saja.
“Kalau buta huruf, tidak bisa baca dan menulis bagaimana ceritanya. Bahkan sebelum istrinya meninggal. Dia datang minta obat, saya juga bingung,” terang Jumari dalam bahasa Madura. (cho/saw)