Jakarta (WartaBromo.com) – Baru-baru ini seorang karyawan mencurahkan isi hati melalui sebuah postingan di media sosial. Ia mengaku merasakan dampak dari Covid-19, dan hanya mendapat gaji Rp10 juta.
“Sedikit curhat, sy seorang karyawan swasta di Jakarta, gaji sy 20jt/bulan, tp setelah covid 19 ini sy Hanya digaji separo hny sekitar 10jut/bulan, sy mohon bantuan Dr pemerintah untuk makan anak istri karna sisa gaji segitu tidak cukup, krn sy Ada cicilan mobil 4.5jt/bulan ditambah sy Ada KPR sekitar 5jt/bulan, jd sebulan sy hny sisa 500rb, klo cicilan sy tdk sy bayrkan bisa2 rmh Dan mobil disita, itu gk cukup untuk susu anak sy, mohoh pemerintah perhatikan kami rakyat kecil yg sampai saat ini blm dapet bansosnya, terimakasih.”
Begitu kira-kira curhatan seorang karyawan yang berseliweran di media sosial ini. Sontak, hal ini memicu banyak respon warganet. Banyak warga yang meminta pemilik postingan untuk “tahu diri” dan tak meminta bantuan pemerintah dengan gaji Rp 10 juta itu.
Terlepas dari respon warganet, Konsultan Keuangan ZAP Finance menyoroti hal ini. Konsultan keuangan besutan Prita Ghozie itu membeberkan sejumlah penyebab dari amburadulnya keuangan rumah tangga akibat pemotongan gaji.
“Dari hasil Financial Check Up sekilas saja, terlihat porsi rasio cicilan pinjaman sudah mencapai 47,5% dikondisi normalnya. Ini saja sudah tidak sehat. Sehingga rasio solvencynya menjadi jauh turun dan berpotensi gagal bayar,” jelasnya dalam akun Instagram resmi.
Dijelaskan kemudian, rasio cicilan pinjaman atau cicilan bisa dibilang sehat jika maksimal 30% dari gaji. Maka dari itu, yang harus dilakukan salah satunya dengan melepas asset.
“Ada kemungkinan pelepasan salah satu asset, dalam hal ini kemungkinan terbesar adalah kendaraan,” lanjut ZAP Finance.
Sebab, rumah atau tempat tinggal merupakan kebutuhan dasar. Cicilan yang perlu dilepas yakni kendaraan, karena masih bisa diganti menutupi kebutuhan hidup.
Barulah kemudian bisa mengajukan relaksasi kredit rumah ke Bank selama 1 tahun ke depan. Hal ini supaya pemasukan bulanan juga bisa diatur lebih baik.
“Kemudian berpegang pada alokasi gaji metode simple. Living – Saving- Playing. Hampir pasti yang dikorbankan adalah Pos Playing jika mau mempertahankan rumah tinggal. Usahakan sisain 5% saja untuk Dana Darurat di Pos Saving. Sisanya, ya harus mau kelola hidup dengan apa pun yang ada,” tegasnya.
Selain itu, ZAP Finance juga menyarankan supaya pasangan bisa saling membantu. Salah satunya dengan melakukan bisnis rumahan. Hal ini untuk membantu pemasukan suami yang sedang sulit saat pandemi. (may/ono)