Deretan Fakta Tersembunyi Kolak

2911

Pasuruan (Wartabromo.com) – Setiap ramadan, kolak menjadi menu takjil yang banyak dipilih warga Indonesia. Beragam jenis kolak mulai pisang, ubi, singkong hingga labu kuning hampir tak pernah absen.

Tapi tahukah bolo, kolak ternyata memiliki deretan fakta yang menarik untuk disimak. Mau tau?

1. Menjadi media penyebaran Islam di tanah Jawa

Kolak bukan hanya makanan khas saat Ramadan. Mengutip detik, pada masa lalu kolak juga menjadi media penyebaran agama Islam di tanah Jawa.

Para ulama pada masa lalu memang memiliki banyak cara kreatif untuk membuat masyarakat tertarik pada Islam. Kesenian, tradisi budaya, hingga kuliner menjadi media dakwah para ulama.

Nah, nama kolak sendiri konon kabarnya diserap dari kata dalam bahasa Arab ‘khalik’ yang artinya Sang Pencipta, Allah SWT. Penamaan tersebut mengandung makna agar kita senantiasa mendekatkan diri kepada Allah SWT.

Baca Juga :   Menjaga Imunitas Iman dan Tubuh

2. Bukan makanan asli Indonesia

Kolak dibawa ulama penyebar islam di masa lampau. Banyak kalangan menyebut, kolak berasal dari kawasan Timur Tengah.

Hal tersebut dibuktikan berdasar kesamaan selera masyarakat Timur Tengah yang menyukai makanan manis. Hanya saja, ulama tanah Jawa mengkreasikan kolak dengan bahan lokal yang mudah ditemukan.

Lalu jadilah hidangan dari campuran gula aren dan santan dengan isian pisang, ubi atau singkong. Kolak pun siap dinikmati.

3. Memiliki filosofi mendalam

Isian kolak yang paling populer yaitu jenis pisang kepok. Jenis pisang satu ini memiliki makna filosofis bahwa kita harus kapok atau jera dalam melakukan perbuatan dosa dan maksiat.

Bahan lain yang juga sering digunakan selain pisang adalah ubi. Orang Jawa menyebut ubi dengan telo pendem. Filosofinya, manusia harus mengubur (memendam) dosa dan kesalahan yang telah diperbuat dengan cara memperbanyak amal saleh.

Baca Juga :   Toko Swalayan di Kota Probolinggo Kehabisan Stok Kue Lebaran

Tapi, kini isian kolak tak hanya pisang dan ubi. Masyarakat mulai mengkombinasikan berbagai isian ke dalam kolak.

4. Kolak, menu takjil tak tergerus zaman

Meski sudah ada sejak zaman dahulu, eksistensi kolak ternyata tidak redup. Penampilan kolak semakin beragam.

Ada yang menambah isian dengan kolang-kaling, nangka, durian, biji mutiara, dan lain sebagainya. Selain itu, banyak yang menggunakan gula putih, menggantikan gula merah.

Meski demikian, filosofi kolak tetaplah sama. Hidangan sarat makna ini tetap menjadi ikon makanan di bulan suci Ramadan. (bel/may)

Website with WhatsApp Message
Follow Official WhatsApp Channel WARTABROMO untuk mendapatkan update terkini berita di sekitar anda. Klik disini.