Saya Jamin Penanganan Covid-19 Akan Gagal Jika Data Tak Terbuka dan Akurat

3434
Celakanya, bukannya mengonfirmasi kabar dari provinsi, Satgas Kabupaten justru sempat me-publish data sebaliknya. Pada infografis yang di-update pukul 18.00 itu, pasien positif dinyatakan masih 0.

Oleh: Asad Asnawi

APA boleh buat.
Covid-19 yang semula ditemukan di Wuhan, Tiongkok sudah menjadi pandemi dan menyebar ke mayoritas negara di dunia.

Kota-Kabupaten Pasuruan yang semula berkutat dengan status Orang Dalam Pemantauan – Pasien Dalam Pengawasan (ODP-PDP) pun akhirnya jebol juga.

Jumat (10/04/2020) petang, lima warga setempat terkonfirmasi positif mengidap Covid-19. Dua diantaranya asal Kota Pasuruan (tercatat ber-KTP Jakarta), dan 3 asal kabupaten.

Melihat pola dan grafik penyebaran kasusnya, Pasuruan sejatinya hanya tinggal menunggu giliran. Apalagi, dengan mobilitas warganya yang begitu tinggi, Pasuruan dikepung oleh daerah berstatus zona merah.

Kota Probolinggo, Lumajang, Malang dan Sidoarjo telah lebih dulu mengonfirmasi warganya yang terpapar virus dengan proses penyebaran paling cepat ini.

Temuan kasus pertama di Pasuruan tak pelak membuat sebagian warga panik. Bahkan, di Gadingrejo, satu korban yang telah dimakamkan dikabarkan ditolak oleh warga.

Tentu, peristiwa itu seharusnya tak perlu terjadi jika mereka yang menolak memahami bagaimana virus ini bekerja. Sungguh, sebuah aksi yang membuat kita semua merasa miris.

Penolakan itu menunjukkan adanya informasi yang tak sampai. Masyarakat belum sepenuhnya mendapat gambaran yang utuh tentang pola penyebaran virus ini. Karena itu, alih-alih menjaga jarak, mereka justru bergerombol, beramai-ramai protes dan menyalahkan si mayat.

Bukan. Bukan seperi itu virus ini bekerja. Sepanjang proses pemakaman dilakukan sesuai protokol yang benar, virus akan ikut mati, terkubur bersama di jenazah.

Sekali lagi, inilah kegagalan kita mengedukasi publik.

Di Kabupaten Pasuruan, lain lagi ceritanya. Di tengah kerja keras penanganan Covid-19, akses data dan informasi menjadi sesuatu paling sulit diburu. Imbasnya, informasi saling berseliweran, simpang siur, tanpa bisa terkonfirmasi kebenarannya.

Terkait tiga kasus positif misalnya. Hingga Jumat petang, tak satupun tim Satgas Covid-19 yang bisa dimintai keterangan. Padahal, kabar adanya pasien positif itu sudah beredar sejak Jumat sore. Data yang dirilis Satgas Covid-19 Provinsi Jatim adalah sumbernya.

Celakanya, bukannya mengonfirmasi kabar dari provinsi, Satgas Kabupaten justru sempat me-publish data sebaliknya. Pada infografis yang di-update pukul 18.00 itu, pasien positif dinyatakan masih 0. Sedangkan ODP-PDP tercatat 78 dan 33 orang.

Perbedaan data ini keruan membuat publik bingung. Hingga kemudian, infografis tersebur diperbarui. Jumlah PDP yang semula berjumlah 33 orang, menjadi 30 karena 3 diantaranya positif korona.

Informasi memang telah diperbarui. Akan tetapi, hal itu belum cukup untuk mengatakan Satgas cukup terbuka. Kenyataannya, sampai saat ini, jenis kelamin, riwayat perjalanan, hingga sebaran kecamatan tak kunjung dibuka.

Khawatir membuat publik panik disebut menjadi alasan Satgas untuk tidak membuka data tersebut. Padahal, data itu sangat penting. Minimal informasi riwayat perjalanan dan juga sebaran.

Kenapa? Karena itu menjadi guidance masyarakat untuk memitigasi dirinya. Berbekal informasi yang cukup, masyarakat akan tahu harus bagaimana. Bukan sebaliknya. Menutup informasi rapat-rapat dan membiarkan publik bingung sendiri.

Sulitnya mendapat infornasi yang utuh kian diperparah dengan problem teknis yang benar-benar diluar nalar. Betapa tidak, di tengah situasi seperti sekarang ini, saat informasi cepat dan akurat diperlukan, juru bicara Satgas justru tidak bisa dihubungi.

Website with WhatsApp Message
Follow Official WhatsApp Channel WARTABROMO untuk mendapatkan update terkini berita di sekitar anda. Klik disini.