Tak semua yang berkaitan dengan Covid-19 adalah cerita buruk. Paling tidak, orang-orang mulai sadar akan pentingnya menjaga kebersihan.
Laporan Khusnul Khotimah
SUDAH tiga bulanan ini dunia dibuat kalang kabut atas merebaknya Covid-19. Negara-negara sibuk membuat kebijakan untuk menutup ruang gerak penyebaran virus yang sudah melanda di lebih dari 190 negara itu.
Akan tetapi, dibalik ribuan jiwa yang terenggut oleh virus ini, tetap saja ada hal-hal baik atau positif yang layak untuk diceritakan ke publik.
Sebut saja aksi orang-orang yang mau berbagi dengan mereka agar mengurangi aktivitas di luar rumah. Atau, cerita orang-orang yang mulai tersadar akan pentingnya menjaga kebersihan.
Di Dusun Gersikan, Desa Kedungringin, Kecamatan Beji, Kabupaten Pasuruan misalnya. Masyarakat setempat bergotong-royong membuat wastafel portabel yang diletakkan di pinggir-pinggir jalan.
“Awalnya saya buat untuk diri sendiri. Tapi, pas ngobrol dengan istri tercetus untuk membuat dalam jumlah yang lebih banyak,” ungkap Farikh, ketua RT setempat, Sabtu (28/03/2020).
Farikh lantas merealisasikan gagasan itu. Berbekal kaleng bekas cat yang dibelinya seharga Rp 10 ribu per buah, kaleng dengan kapasitas 25 liter itu kemudian ia lubangi pada bagian bawahnya agar bisa dipasang kran.
Tak dinyada, gagasan tersebut banyak disambut warga setempat. Bergotong-royong, mereka turut membantu memasang fasilitas cuci tangan itu di pinggir-pinggir jalan.
Farikh bilang, fasilitas tersebut tidak hanya dipakai untuk saat ini. Kendati nanti pandemi Covid-19 sudah mereda, fasilitas tersebut akan tetap dipasang.
“Kesadaran masyarakat akan pentingnya menjaga kebersihan mulai tumbuh. Jadi ini akan dipasang terus, meskipun situasi sudah dinyatakan aman,” imbuhnya.
Untuk biaya peralatannya, Farikh mengaku murni dari uang pribadinya. “Kalau untuk biayanya memang dari saya, cuman untuk pemasangan kami lakukan secara gotong-royong,” ujarnya.
Total ada 15 tempat cuci tangan yang saat ini dipasang, lengkap dengan sabun cairnya. Seperti depan masjid dan persimpangan jalan. Dirinya berharap, langkah tersebut bisa diikuti masyarakat di tempat lain.
“Kami berharap agar tidak selalu menunggu bantuan dari pemerintah. Jika bisa dilakukan sendiri kenapa tidak, toh ini juga demi kebaikan bersama,” jelasnya.
Ia mengatakan, pengontrolan juga akan terus dilakukan. Mengingat ember yang setiap harinya akan terpapar oleh sinar matahari dan harus dibersihkan sebab berlumut.
Selain Farikh, hal serupa juga dilakukan Rosyid, pemuda asal Desa Cukurgondang, Kecamatan Grati, Kabupaten Pasuruan. Merebaknya virus korona membuatnya terbesit untuk membuat tempat cuci tangan.
“Hasil ngobrol dengan teman sebenarnya. Di tengan situasi seperti sekarang ini, kenapa kita tidak berbuat sesuatu yang meski itu kecil, banyak bermanfaat bagi orang lain,” terang Rosyid.
Dari sanalah ia kemudian berinisiatif membuat tempat cuci tangan. Dikatakan Rosyid, semula hanya ada lima tempat cuci yang ia buat dari bekas kaleng cat itu. Tapi, banyak yang mengapresiasi.
Bahkan, beberapa warga kemudian menyumbangkan kaleng bekas serupa untuk dipakai. “Tadinya cuma lima. Terus banyak yang ngirim kaleng untuk dipake. Jadi ya banyak sekarang,” jelasnya.
Olehnya, wastafel sederhana itu kemudian dipasang di pinggir-pinggir jalan desa di Cugurgondang. “Minimal, virus korona ini telah menyadarkan kita bahwa menjaga kebersihan itu penting,” ujarnya.